Dari Kebijakan hingga Suara Kepala Sekolah: Sinergi untuk Lulusan SMK Mendunia

Dari Kebijakan hingga Suara Kepala Sekolah: Sinergi untuk Lulusan SMK Mendunia

Jakarta, 18 September 2025 — Puluhan kepala SMK negeri dan swasta dari Jabodetabek dan Lampung terlihat antusias mengikuti Sinergi SMK Mendunia: Mempersiapkan Lulusan SMK untuk Pasar Kerja Global. Terdapat 520 SMK mengikuti acara tersebut secara daring dari seluruh Indonesia dan Malaysia.


Acara dibuka oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, yang menekankan pentingnya menyiapkan lulusan SMK untuk bersaing di tingkat global. “Kita tidak ingin mengirimkan pekerja kasar, tetapi tenaga profesional yang mengharumkan nama Indonesia di panggung dunia,” ujar Mendikdasmen Abdul Mu’ti.




Pemerintah mendorong model SMK 4 tahun, baik penuh empat tahun sejak awal maupun 3+1, dengan tahun keempat difokuskan pada pelatihan intensif keterampilan kerja, magang, dan bahasa asing praktis.


Tatang Muttaqin, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus (Dirjen Pendidikan Vokasi PKPLK), menegaskan pentingnya arah baru ini. “Kehadiran Pak Menteri dan dialog yang jelas malam ini memotivasi sekolah, baik luring maupun daring, untuk mengambil opsi SMK 4 tahun atau 3+1 guna penyiapan kerja luar negeri,” jelasnya.


Ia juga menekankan percepatan regulasi, “Draf regulasi SMK 4 tahun telah siap dan akan kami sempurnakan dengan masukan praktik baik dari sekolah, agar implementasinya lebih mudah dan terasa di lapangan,” tambahnya.


Suara Sekolah: Antusiasme dan Harapan

Suara dari sekolah turut memberi warna dalam kegiatan ini. Lusi, Kepala SMKN 1 Depok, yang diwawancarai setelah acara usai, mengaku kegiatan ini memperluas wawasannya bersama para kepala sekolah lain. “Kegiatan ini sangat bermanfaat karena memberi banyak informasi baru. Kami juga bisa saling bertukar pengalaman sehingga wawasan kami soal peluang kerja lulusan di luar negeri semakin terbuka,” ujarnya.


Ia menilai opsi SMK 4 tahun layak dijalankan secara opsional. “Saat ini kami masih menjalankan program tiga tahun, tetapi ke depan opsi empat tahun menarik untuk dipertimbangkan, terutama bagi siswa yang ingin bekerja di luar negeri dan membutuhkan usia minimal tertentu. Sementara itu, bagi siswa yang ingin bekerja di dalam negeri, program tiga tahun tetap relevan,” tambah Lusi.


Lebih jauh, ia berharap agar informasi kesempatan kerja di luar negeri bisa lebih luas jangkauannya. “Ada anak-anak yang sangat berminat, tetapi sering terkendala pembiayaan dan keterbatasan informasi. Kalau kesempatan itu bisa lebih disebarluaskan, insyaallah akan sangat bermanfaat bagi lulusan SMK,” tutupnya.




Sementara itu, dalam sesi tanya jawab bersama Mendikdasmen dan Dirjen Pendidikan Vokasi PKPLK, para kepala sekolah lain juga menyampaikan pandangan mereka. Suyanto dari SMK Pelayaran Muhammadiyah Tuban mendukung penerapan SMK 4 tahun dan mengusulkan adanya fasilitas keselamatan laut serta simulator. Abdul Hayyi dari SMKN 7 Jember menekankan pentingnya mekanisme dana talangan bagi siswa dari keluarga kurang mampu. Sudio dari SMKN 1 Cibinong menyoroti perlunya regulasi yang jelas bagi siswa yang sudah direkrut industri sebelum lulus. Lilis dari SMK PPN Tanjungsari mengungkapkan bahwa sebagian siswanya batal berangkat ke Jepang karena keterbatasan biaya dan jaminan. Adapun Osda dari SMKN 18 Jakarta meminta agar program luar negeri diarahkan kepada lulusan, bukan siswa kelas 12 yang masih disibukkan dengan ujian akhir.


Langkah Lanjut: Konsolidasi dan Skema Pendanaan

Menjawab tantangan di lapangan, pemerintah mendorong pemanfaatan fasilitas lintas kementerian (misalnya kolam renang Kemenhub, BLK Kemenaker) serta mekanisme pendanaan yang lebih inklusif.




Tatang menambahkan, “Ini baru awal. Besok kami lanjutkan dengan sesi bersama kedutaan dan KP2MI untuk mengonsolidasikan hal teknis, termasuk opsi dana talangan melalui KP2MI atau kemitraan industri bagi calon pekerja yang terkendala biaya.”


Harapan Bersama

Bukan sekadar program, SMK Mendunia adalah gerakan sinergi pemerintah, dunia industri, sekolah, dan mitra internasional untuk melahirkan tenaga profesional Indonesia yang diakui dunia. Dampaknya diharapkan bukan hanya pada kesejahteraan lulusan, tetapi juga pada citra bangsa dan peluang ekspor melalui jejaring diaspora profesional.


Sumber: Siaran Pers Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah  Nomor: 570/sipers/A6/IX/2025


#PendidikanBermutuuntukSemua

#KemendikdasmenRamah