PKBM Metro Riset, Terampil Bersama Anak-anak Putus Sekolah

PKBM Metro Riset, Terampil Bersama Anak-anak Putus Sekolah

Kendari, Ditjen Vokasi PKPLK - Tergerak karena melihat masih banyak anak putus sekolah di sekitar Kota Kendari, Abdul Hakim bersama empat orang rekannya yang sama-sama lulusan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), mendirikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Metro Riset pada tahun 2010. Sebelum mendirikan PKBM, mereka menggagas lembaga pelatihan teknik, lalu berkembang menjadi lembaga penelitian. Namun, karena lembaga penelitian dirasa kurang berdaya dan melihat kondisi anak-anak putus sekolah, mereka memutuskan beralih mendirikan PKBM. 


Upaya Abdul Hakim dan rekan-rekannya tidak sia-sia. Dengan niat membantu agar anak-anak bisa bersekolah dan mendapatkan ijazah, upaya tersebut berhasil mengantarkan warga belajar mereka ke berbagai dunia usaha dan dunia industri (DUDI).




“Kami melihat berempat ini orang teknik. Tapi, kemudian kami larinya ke vokasi. Kami melihat paket kesetaraan ini rata-rata bukan usia sekolah. Rata-rata pencari kerja,” terang Abdul Hakim tentang warga belajar yang terlibat di PKBM Metro Riset.


Berlokasi di Kelurahan Baruga, Kecamatan Baruga, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, PKBM Metro Riset berusaha untuk tidak sekadar menjadi ruang pendidikan nonformal tempat mengambil ijazah. Para pendirinya menginginkan Metro Riset dapat menjadi ruang pendidikan nonformal yang mampu menghasilkan warga belajar terampil dan berkualitas. Untuk mencapai visi tersebut, mereka berusaha memberdayakan anak-anak usia kerja yang belum mempunyai keterampilan.


“Untuk laki-laki kami mengembangkan bidang keterampilan (mengelola) sumber daya terbarukan dan juga las. Perempuan itu kecantikan dan boga (kue). Kami juga mengembangkan potensi yang ada di Sulawesi Tenggara salah satunya adalah olahan ikan. Tahun ini kami juga buka program mata bidang keterampilan barista karena peluang ini besar berkembang,” terang Hakim.


Rumah Inklusi bagi Anak Jalanan


Ia juga menceritakan bahwa pada tahun 2019 Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Tenggara juga pernah meminta Metro Riset untuk membantu mengelola anak jalanan. Mereka pun memberanikan diri membantu dengan membangun rumah singgah dan memberdayakan empat orang konseling.


“Ada anak dengan kasus hukum. Ada satu anak berkasus dari Konawe Selatan berumur 13 tahun dengan harapan di rumah singgah dapat diberi keterampilan agar berdaya,” terang Hakim sembari mengatakan bahwa rumah singgah yang mereka kelola sudah terakreditasi.


Persentuhan PKBM Metro Riset dengan anak-anak putus sekolah hingga berkasus hukum membuat satuan pendidikan nonformal tersebut berupaya untuk menjadi lebih inklusif. Metro Riset juga memfasilitasi anak berkebutuhan khusus dari sekolah formal dengan kriteria slow learner, termasuk mereka melatih keterampilan untuk anak berkebutuhan khusus yang membutuhkan pekerjaan.


“Untuk anak kriteria slow learner, kita memang harus berupaya ekstra untuk membangun minat mereka. Orang tua mereka juga kita perlu dorong untuk bisa memahami dan mendampingi anak,” terang Hakim.




PKBM Metro Riset memang cukup berkembang pesat sejak didirikan termasuk dalam hal sarana dan prasarana. Saat ini satuan pendidikan nonformal tersebut mempunyai 5 gedung untuk pembelajaran, yang terdiri atas gedung las, gedung barista gedung pengolahan ikan, gedung perempuan (untuk boga dan kecantikan), dan satu rumah singgah.


“Kami hanya berharap anak-anak semakin berdaya,” tutup Hakim tentang perkembangan Metro Riset. (Esha/Dani)