Terlihat Serupa, Ini Perbedaan Pendidikan Jarak Jauh dan Pembelajaran Jarak Jauh
Jakarta, Ditjen Vokasi PKPLK - Pendidikan Jarak Jauh dan Pembelajaran Jarak Jauh menjadi dua pendekatan yang kerap digunakan dalam dunia pendidikan. Keduanya kian familier usai pandemi Covid-19. Sepintas keduanya terlihat sama, namun ternyata masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda antara satu dengan lainnya.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus (PKPLK), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), Tatang Muttaqin, dalam acara Bincang Santai Pendidikan Jarak Jauh yang digelar oleh Direktorat Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus mengatakan bahwa Pendidikan Jarak Jauh berbeda dengan Pembelajaran Jarak Jauh.
“Pembelajaran jarak jauh hanya salah satu metode yang digunakan dalam Pendidikan Jarak Jauh,” kata Dirjen Tatang.
Pendidikan Jarak Jauh, menurut Tatang, memiliki cakupan yang lebih luas dari pembelajaran jarak jauh. Pendidikan Jarak Jauh menggabungkan pembelajaran daring dengan pembelajaran dalam kelas yang dilakukan saat sesi guru kunjung. Sesi guru kunjung dilakukan dalam periode tertentu yang telah disepakati, di mana guru akan mengunjungi para siswa untuk melakukan pembelajaran tatap muka di sekolah induk maupun di lokasi tertentu yang sudah disepakati. Hal ini berarti siswa akan menghadiri kelas fisik sebagian waktu dan melanjutkan pembelajaran online dalam sebagian waktu yang lain.
“Jadi, Pendidikan Jarak Jauh tidak hanya mengandalkan dukungan perangkat teknologi seperti smartphone saja, akan tetapi juga modul belajar,” tambah Dirjen Tatang.
Bahkan, lanjut Dirjen Tatang, keberadaan modul belajar justru sangat penting dalam kesuksesan pelaksanaan Pendidikan Jarak Jauh.
Sebagai bahan ajar, modul harus dibuat sedemikian rupa agar bisa mudah dicerna oleh para peserta didik.
“Karena mereka (para peserta didik, red) akan lebih banyak belajar secara mandiri terlebih dahulu dengan modul-modul belajar ini dan baru diperdalam saat sesi guru kunjung,” terang Dirjen Tatang.
Oleh karena itu, modul belajar yang disusun, lanjut Dirjen Tatang, juga harus mampu memancing atau menumbuhkan keingintahuan peserta didik. Dengan demikian, murid akan selalu merasa tertantang untuk mendalami dan mengembangkan setiap topik yang dibahas dalam modul tersebut.
Lebih lanjut, Dirjen Tatang menyampaikan bahwa dengan berbagai karakteristik dari Pendidikan Jarak Jauh tersebut, maka keberadaan Pendidikan Jarak Jauh diharapkan dapat menjadi pendekatan pendidikan yang membantu terwujudnya pendidikan bermutu bagi semua. Pasalnya, implementasi Pendidikan Jarak Jauh dapat dilakukan tanpa batasan ruang dan waktu. Melalui pendidikan digital yang adaptif dan kolaboratif, Pendidikan Jarak Jauh juga dapat membuka akses pendidikan yang luas, fleksibel, dan inklusif. (Nan/Dani)