MPLS Ramah: Pendidikan Bermakna Dimulai Sejak Hari Pertama Sekolah

MPLS Ramah: Pendidikan Bermakna Dimulai Sejak Hari Pertama Sekolah

Jakarta, 8 Juli 2025 - Menyambut Tahun Ajaran Baru 2025/2026, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menerbitkan Surat Edaran Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 10 Tahun 2025 tentang Pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) Ramah Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah. Hal ini ditegaskan dalam webinar nasional yang disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Kemendikdasmen, pada Selasa (8/7), sebagai upaya mendorong tumbuh kembang potensi dan penguatan karakter murid di Indonesia.


Pada kesempatan tersebut, Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dasmen), Gogot Suharwoto, menyampaikan bahwa pelaksanaan MPLS Ramah merupakan gerbang awal pembentukan karakter serta adaptasi menyeluruh bagi peserta didik baru di satuan pendidikan. Ia menekankan bahwa kegiatan ini bukan sekadar orientasi, tetapi bagian penting dari proses pendidikan yang harus dilaksanakan dengan menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, kesetaraan, dan kebahagiaan.


“MPLS Ramah merupakan kegiatan pertama para murid di sekolah untuk beradaptasi dan mengenali lingkungan sekolah mereka yang bahagia. Rangkaian kegiatan tahun 2025/2026 ini dirancang dan disiapkan dengan prinsip utama, yakni menjunjung tinggi nilai karakter, serta menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman melalui pengalaman belajar yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan,” tutur Dirjen Gogot.




Lebih lanjut, Dirjen Gogot menyebutkan bahwa melalui MPLS Ramah, satuan pendidikan didorong untuk menanamkan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, yakni bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat dan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, dan tidur cepat. Kebiasaan ini diyakini akan memperkuat fondasi karakter dan tumbuh kembang anak secara holistik.


Selain itu, MPLS Ramah juga menjadi momentum untuk memperkuat program Pagi Ceria, yaitu serangkaian aktivitas sebelum pembelajaran dimulai yang mencakup senam Anak Indonesia Hebat, menyanyikan lagu Indonesia Raya, doa bersama untuk menumbuhkan rasa kebangsaan dan membangkitkan semangat belajar.\


“Sekolah harus menjadi ruang yang kondusif bagi murid untuk bertumbuh menjadi pribadi yang mandiri, kreatif, dan bertanggung jawab. Kami juga mengajak para orang tua untuk aktif terlibat dalam mendampingi putra-putrinya selama MPLS Ramah berlangsung, karena kehadiran orang tua adalah bentuk dukungan awal yang sangat berarti dalam perjalanan pendidikan anak,” lanjut Dirjen Gogot.


Pendidikan Vokasi dan Layanan Khusus Tegaskan Komitmen pada MPLS Ramah yang Inklusif


Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus (Dirjen Vokasi PKLK), Tatang Muttaqin, menegaskan pentingnya menjadikan MPLS Ramah sebagai bentuk keberpihakan nyata terhadap anak-anak dari semua latar belakang, termasuk mereka yang berada di lingkungan pendidikan vokasi dan layanan khusus.




“MPLS Ramah bukan hanya kegiatan penyambutan, melainkan wujud komitmen bersama untuk menciptakan lingkungan belajar yang bebas dari kekerasan dan perundungan, menghargai perbedaan, dan memberi ruang bagi setiap anak untuk berkembang sesuai minat dan potensinya,” ujar Dirjen Tatang.


Dalam konteks pendidikan vokasi dan layanan khusus yang penuh keberagaman, Dirjen Tatang mengajak seluruh pendidik untuk melaksanakan MPLS Ramah dengan pendekatan penguatan karakter, bukan tekanan atau pembatasan.


Menjawab Pertanyaan Guru dan Orang Tua Terkait MPLS Ramah


Dalam kesempatan tersebut, Kepala Pusat Penguatan Karakter, Rusprita Putri Utami, menjawab berbagai pertanyaan yang kerap diajukan oleh guru maupun orang tua mengenai teknis pelaksanaan MPLS Ramah.


Menurut Rusprita, MPLS Ramah adalah upaya untuk menjadikan sekolah sebagai ruang yang aman dan menyenangkan sejak hari pertama. Ia menjelaskan bahwa kegiatan-kegiatan dalam MPLS Ramah dirancang untuk membangun karakter dan menciptakan pengalaman belajar yang positif.


“MPLS Ramah mencakup penanaman nilai karakter melalui Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, Pagi Ceria, serta pengenalan sarana dan prasarana sekolah,” ujarnya.




Ia menambahkan bahwa kegiatan ini juga memperkuat interaksi antara murid baru dan seluruh warga sekolah, melakukan asesmen literasi dan numerasi sebagai dasar strategi pembelajaran, serta mengenalkan budaya sekolah termasuk visi, misi, dan program-programnya. 


“Intinya, MPLS Ramah bukan sekadar pengenalan lingkungan fisik, tapi juga penguatan secara emosional dan sosial,” kata Rusprita.


Namun demikian, tidak semua aktivitas dapat dibenarkan dalam MPLS Ramah. Rusprita mengingatkan bahwa kegiatan yang bersifat tidak masuk akal, tidak edukatif, atau mengandung unsur kekerasan dan perundungan tidak boleh dilakukan. 


“Kami tidak membenarkan aktivitas yang tidak relevan dan justru membuat peserta didik tidak nyaman. Misalnya, penggunaan tas aneh, pakaian warna-warni yang berbeda antara kanan dan kiri, atau simbolisasi yang tidak bersifat edukatif, semua itu dilarang,” tegasnya.


Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah mengenai kata “Ramah” itu sendiri. Apakah merupakan akronim? Rusprita menjawab bahwa kata “Ramah” bukanlah akronim. Ia mengatakan, kata “Ramah” digunakan sebagaimana maknanya, yaitu sikap yang baik hati, bersahabat, manis budi, dan menyenangkan.


“Ini bukan sekadar program, tapi pendekatan yang menyentuh hati dan membangun hubungan positif sejak hari pertama,” ucapnya.


Selanjutnya, Rusprita turut menyampaikan bahwa peran guru dalam pelaksanaan MPLS Ramah sangat sentral. Mereka adalah perancang dan pelaksana utama kegiatan. Dalam hal satuan pendidikan memiliki keterbatasan jumlah guru satuan pendidikan dapat dibantu oleh murid dari unsur Pengurus OSIS dan Majelis Perwakilan Kelas/MPK, tetapi peran mereka adalah sebagai pendamping yang membuat murid baru merasa diterima dan nyaman. 


“Semuanya tetap di bawah pengawasan guru,” jelas Rusprita.


Orang tua pun turut diharapkan ambil bagian dalam menyukseskan MPLS Ramah. Mereka memiliki tanggung jawab emosional dan psikologis dalam mendampingi anak, terutama di hari-hari awal sekolah. 


“Mengantarkan anak di hari pertama sekolah adalah bentuk dukungan konkret. Tapi lebih dari itu, orang tua perlu memberi semangat, membangun rasa percaya diri anak, dan membantu mereka menghadapi lingkungan baru dengan tenang,” ucapnya.


Menutup sesi tanya jawab, Rusprita menyampaikan harapan besarnya terhadap komitmen semua pihak dalam menerapkan MPLS Ramah secara konsisten di seluruh satuan pendidikan. 


“MPLS Ramah adalah langkah awal menuju ekosistem pendidikan yang memuliakan murid, menumbuhkan karakter, dan menciptakan ruang aman bagi pertumbuhan anak-anak Indonesia,” tuturnya. 


Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi semua elemen pendidikan. 


“Kami percaya, kolaborasi catur pusat pendidikan, keluarga, sekolah, masyarakat, dan media adalah kunci untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu untuk semua,” pungkasnya.


Dengan pelaksanaan yang baik, MPLS Ramah diharapkan menjadi fondasi penting bagi sekolah dalam membangun hubungan yang sehat, aman, dan menyenangkan antara murid, guru, serta seluruh warga sekolah sejak hari pertama tahun ajaran baru.


Sumber: Siaran Pers Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor: 329/sipers/A6/VII/2025


#PendidikanBermutuuntukSemua

#KemendikdasmenRamah