Bahagianya Murid SLB YPPC Banda Aceh Miliki Ruang Keterampilan Tata Boga dari Revitalisasi Satuan Pendidikan
Banda Aceh, Ditjen Vokasi PKPLK - Sekolah Luar Biasa (SLB) YPPC Banda Aceh menjadi salah satu penerima program Revitalisasi Satuan Pendidikan di Provinsi Aceh. Pada revitalisasi kali ini, sekolah yang sudah berdiri sejak 1998 ini membangun ruang keterampilan basah yang akan digunakan untuk mengembangkan potensi para murid di bidang tata boga.
Rahmanida menjadi salah seorang murid di SLB YPPC yang sudah tidak sabar menanti ruang keterampilan basah baru di lokasi sekolahnya tersebut. Rahma yang memiliki hambatan tunagrahita ini mengaku senang membuat aneka roti dan kue di sekolah.
“Nanti bisa buat roti yang lebih banyak dan enak,” kata Rahma saat ditemui di SLB YPPC beberapa waktu lalu.
Rahma merupakan murid tunagrahita. Kedua orang tuanya sudah meninggal sejak ia masih kecil karena sakit. Saat ini, murid yang duduk di kelas 11 SMALB ini tinggal bersama sejumlah anak yatim piatu lainnya di sebuah panti asuhan tidak jauh dari lokasi sekolahnya di daerah Kuta Alam, Kota Banda Aceh.
“Saya ingin jadi chef. Saya senang membuat roti dan makanan,” tambah Rahma.
Di sekolah lama, Rahma mengaku ruangan kelas yang digunakan untuk belajar membuat aneka roti dan kue sangat sempit. Pasalnya, ruangan tersebut harus berbagi dengan ruangan yang difungsikan sebagai mushola sekolah.
“Jadi, kalau lagi solat bau wangi roti. Ruangnya juga sempit, jadi susah,” Rahma melanjutkan.
Oleh karena itu, Rahma mengaku sangat senang dan tidak sabar untuk pindah ke lokasi sekolah baru dan menempati ruang keterampilan baru. “Nanti lebih besar bangunannya. Jadi enak membuat rotinya,” Rahma yang asli Sigli ini.
Kepala SLB YPPC, Kasidah, menyampaikan bahwa ruang keterampilan basah memang menjadi salah satu prioritas dari program revitalisasi di SLB YPPC Banda Aceh. Pasalnya, sebagai kepala sekolah ia melihat potensi para muridnya yang didominasi oleh anak-anak tunagrahita ini cukup besar di bidang tata boga.
“Kami itu memproduksi roti, pizza, dan aneka kue-kue kering dan basah. Semua dikerjakan oleh para murid,” kata Kasidah.
Meski demikian, lanjut Kasidah, ruangan keterampilan basah yang dimiliki sekolah jauh dari representatif sebagai ruang keterampilan bagi para siswa untuk praktik tata boga.
“Ruang keterampilan basah ini sangat sempit. Jadi, satu sesi paling hanya diisi oleh tiga siswa karena memang ruangan nya sempit dan harus berbagi dengan musala,” tambah Kasidah.
Dengan program Revitalisasi Satuan Pendidikan di SLB YPPC, sekolah akan memiliki ruang keterampilan basah yang lebih representatif bagi para siswa untuk mengakomodasi potensi para siswa.
“Semoga mereka akan bisa lebih nyaman dalam belajar dan menggali potensi mereka,” tambah Kasidah. (Nan/NA)