Jadi Gerbang Kontribusi Anak Berkebutuhan Khusus di Dunia Kerja, 20 SLB Ditetapkan sebagai LSP-P1

Jadi Gerbang Kontribusi Anak Berkebutuhan Khusus di Dunia Kerja, 20 SLB Ditetapkan sebagai LSP-P1

Yogyakarta, Ditjen Vokasi PKPLK - Sekolah-sekolah luar biasa (SLB) di Indonesia terus didorong menjadi Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak Pertama (LSP-P1). Keberadaan lembaga ini di SLB diharapkan dapat meningkatkan kontribusi lulusan SLB di dunia kerja dengan pengakuan atas kompetensi yang mereka miliki. 


Direktur Pendidikan Khusus dan Pendidikan layanan khusus, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Saryadi, menyampaikan bahwa saat ini setidaknya sudah ada 20 SLB di Indonesia yang telah berhasil menyelenggarakan LSP-P1 dengan berbagai bidang keterampilan, di antaranya seperti bidang batik, menjahit, tata boga, perbengkelan, hingga pertanian. 


“Dengan hadiran LSP-P1 di SLB, maka kompetensi lulusan SLB akan diakui dan hal ini bisa menjadi gerbang bagi kontribusi lulusan SLB di dunia kerja agar mereka bisa mandiri dan berkarya,” kata Saryadi saat uji kompetensi batik di SLBN Pembina Yogyakarta, pekan lalu. 




SLBN Pembina Yogyakarta merupakan salah satu SLB yang telah berhasil menyelenggarakan uji kompetensi melalui LSP-P1 di sekolah tersebut. Jenis keterampilan yang diujikan di sekolah tersebut adalah bidang keterampilan membatik.


Masih menurut Saryadi, sertifikat kompetensi sangat dibutuhkan di dunia kerja saat ini, tanpa terkecuali bagi anak-anak berkebutuhan khusus (ABK). 


“Tentu saja standar kompetensi untuk anak berkebutuhan khusus ini disesuaikan dengan standar kerja khusus di industri,” tambah Saryadi. 


SLB LSP-P1 ini sendiri merupakan hasil kerja sama dengan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) guna membuat standar kompetensi khusus bagi penyandang disabilitas. Selain itu, untuk menyusun skema dan melihat kemampuan anak-anak berkebutuhan khusus, pemerintah juga bekerja sama dengan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Dengan demikian, saat lulus anak-anak telah sesuai dengan kompetensinya.


Kepala SLBN Pembina Yogyakarta, Nur Khasanah, mengatakan bahwa kehadiran atau keberadaan LSP di sekolahnya saat ini telah membuat anak disabilitas terpacu dan semangat untuk menembus dunia kerja. 


“Dengan begitu, tidak ada lagi anak disabilitas yang tidak bisa masuk ke dunia kerja,” kata Nur Khasanah.


Saat ini, lanjut Nur Khasanah, LSP-P1 di SLBN Pembina ini melayani uji kompetensi bagi murid-murid SLB yang ada di wilayah Yogyakarta. 


“Kurang lebih ada 20-an sekolah yang saat ini ikut melakukan uji kompetensi bidang membatik di sekolah kami,” tambah Nur Khasanah. (Nan/NA)