Pesona dan Kreativitas dalam Seni Handuk di Kursus Perhotelan
Karanganyar, Ditjen Vokasi - Seni memiliki kemampuan untuk menginspirasi, menghibur, dan mengungkapkan imajinasi manusia dengan berbagai cara. Salah satu bentuk seni yang menarik dan mungkin jarang diketahui banyak orang adalah seni handuk, atau lebih dikenal sebagai towel arts.
Towel arts menjadi salah satu materi yang dipelajari di Jurusan Perhotelan, khususnya di lembaga kursus dan pelatihan (LKP). Menurut Tigor Tampubolon, instruktur LKP International Hotel Management School (IHS), Karanganyar, Jawa Tengah, towel arts sudah menjadi bagian dari materi housekeeping sejak industri hotel menemukan inovasi baru untuk kepentingan kepuasan dan kenyamanan tamu selama menginap di hotel.
“Sering sekali hotel menerima permintaan tamu untuk tempat tidurnya dihias sesuai dengan tema yang diinginkan tamu. Maka, towel art menjadi bagian utama yang juga diajarkan di materi housekeeping,” ungkap Tigor.
Materi melipat handuk ini pun digemari oleh Siti Amanis atau biasa disapa Anni. Ia adalah peserta didik IHS yang baru-baru ini menjuarai kompetisi towel arts tingkat nasional. Anni mengaku bahwa selama belajar di IHS sisi kreativitasnya pun meningkat melalui materi towel arts.
Anni mengungkapkan, “Saya sudah menguasai beberapa tema towel arts, mulai dari binatang, manusia, bunga, dan masih banyak lagi.”
Gadis asal Karanganyar itu pun mengungkapkan bahwa untuk menciptakan towel arts haruslah dilatih secara terus menerus. Bahkan hasil kreasi towel art yang mengantarkannya menjadi juara pertama itu ia membuat kreasi mobil dan gajah duduk yang dilapisi dengan batik solo. Towel arts harus mampu menggambarkan sebuah objek yang memikat mata.
Untuk memfasilitasi peserta didik memiliki kreativitas, IHS pun mewajibkan peserta didik untuk menguasai minimal tiga tema towel arts. Untuk menghasilkan towel arts yang memukau, diperlukan ketepatan, kecepatan, dan kreasi. Bahkan apabila untuk kompetisi, biasanya maksimal waktu yang dibutuhkan hanyalah 5—7 menit.
“Kalau saya tidak dilatih dengan instruktur mungkin saya tidak akan menjuarai kompetisi waktu itu,” ungkap Anni.
Anni bercerita, IHS memberikan fasilitasi yang baik untuk mendorong siswanya berprestasi. Sebagai contoh ialah dirinya sendiri. Pada awalnya ia tidak merasa percaya diri mengikuti kompetisi towel arts tingkat nasional. Kompetisi towel arts tersebut pun baru pertama kali ia ikuti. Akan tetapi, dengan dorongan dari instruktur dan latihan yang intensif ia bisa membawa pulang piala kemenangan.
LKP yang bergerak di bidang hospitality itu pun merupakan anggota EUHOFA atau organisasi yang terdiri dari berbagai sekolah perhotelan dunia. Tak heran, lulusannya pun memiliki kompetensi yang sesuai dengan industri perhotelan kelas dunia karena networking/jejaring institusi pendidikan tidak hanya di Indonesia, tetapi juga dunia.
“Apalagi, di kapal pesiar atau hotel kelas dunia itu pasti membutuhkan towel arts untuk mempercantik ruangan,” tambah Tigor.
Sebagai sekolah perhotelan, IHS juga mengedepankan lulusannya untuk memiliki sikap, kompetensi, dan kreativitas. Semua itu adalah hal yang penting dalam bidang tersebut. Atik Wijayanti selaku pimpinan IHS mengungkapkan bahwa peluang kerja di bidang perhotelan yang sangat tinggi perlu diimbangi SDM yang kompeten.
Atik menjelaskan, “Permintaan tenaga kerja baik dari dalam maupun dari luar negeri bidang hospitality sangat tinggi. Maka dari itu, dalam pembelajaran di IHS selalu berpacu pada standar industri.” (Zia/Cecep)