PKBM Bintula Perkuat Pendidikan Anak Binaan di LPKA Medan

PKBM Bintula Perkuat Pendidikan Anak Binaan di LPKA Medan

  • Direktorat
  • 23 September 2025 Pukul 16:50
  • 2 menit, 52 detik
  • 7 Dilihat

Medan, Ditjen Diksi PKPLK – Peran Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) semakin menonjol dalam upaya menghadirkan pendidikan inklusif bagi Anak yang Berhadapan dengan Hukum (ABH). Pekan lalu (18/9), Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas I Medan bersama PKBM Bina Tunas Muda Cakrawala (Bintula) dan PKBM Bina Anak Nusantara (Binus) menggelar diskusi penyusunan kurikulum pendidikan khusus yang dirancang sesuai kebutuhan Anak Binaan.


PKBM yang selama ini dikenal sebagai ujung tombak pendidikan nonformal tidak hanya berfungsi sebagai lembaga penyedia layanan belajar bagi masyarakat putus sekolah. Lebih jauh, PKBM juga memiliki peran strategis dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan kesetaraan, pelatihan keterampilan, dan pembentukan karakter. Kolaborasi dengan LPKA Medan menjadi wujud nyata fungsi tersebut, yakni memastikan bahwa Anak Binaan tetap mendapatkan hak belajar sekaligus bekal untuk masa depan.


Ketua PKBM Bintula, Mawarni, menekankan pentingnya pendekatan yang menyesuaikan dengan kondisi psikologis, sosial, dan spiritual anak. 


“Kurikulum untuk Anak Binaan tidak boleh sekadar mentransfer pengetahuan. Ia harus membangun kepercayaan diri, memberi harapan baru, dan menyiapkan mereka agar kembali ke masyarakat dengan lebih matang,” ujarnya.


Sementara itu, Kepala LPKA Medan, Fauzi Harahap, menyambut baik peran PKBM dalam mendukung layanan pendidikan. Menurutnya, kolaborasi ini menjadi langkah strategis agar Anak Binaan tidak tertinggal dalam ilmu pengetahuan, keterampilan, maupun pembinaan karakter.


“Dengan kurikulum yang terarah dan berbasis kebutuhan, Anak Binaan akan lebih siap menjalani proses reintegrasi sosial,” katanya


Melalui penyusunan kurikulum bersama PKBM, LPKA Medan berharap pendidikan di dalam lembaga pembinaan tidak hanya bersifat akademis, tetapi juga mengakar pada nilai-nilai pemberdayaan. Dengan begitu, Anak Binaan mampu menemukan kembali identitasnya, sekaligus mengembangkan potensi untuk hidup mandiri di tengah masyarakat. (Esha/NA)