Sekolah Aliran Sungai, Cara PKBM Budi Utama Ajarkan Pendidikan Berkelanjutan
Surabaya Ditjen Vokasi PKPLK - Pusat kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Budi Utama Surabaya menyelenggarakan kegiatan Sekolah Aliran Sungai dalam rangka mengajak peserta didik untuk menjalani pengalaman belajar yang tidak biasa. Kegiatan ini merupakan sebuah metode pembelajaran alternatif yang dilakukan untuk mendorong peserta didik langsung menyatu dengan alam dan mengenali pentingnya menjaga lingkungan sejak dini.
Sekolah Aliran Sungai dilangsungkan di kawasan Karah, Surabaya, tepatnya di belakang Kantor Divisi Jasa ASA WS Brantas milik Perum Jasa Tirta I pekan lalu (30/7) dengan mengajak lebih kurang 50 orang peserta didik mengajak kejar paket A, B, dan C menyusuri sungai hingga ke bawah tol menuju Kedurus. Sepanjang perjalanan, mereka tak hanya mengamati kondisi lingkungan, tetapi juga menerima pengetahuan langsung dari para ahli lingkungan dan institusi terkait.
“Biasanya saya belajar di kelas, tapi ini beda. Ternyata belajar soal sungai itu seru! Saya jadi tahu kenapa air itu harus dijaga,” ujar Novan dilansir dari laman Kominfo Jawa Timur.
Kepala PKBM Budi Utama, Imam Rochani, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari pendekatan pembelajaran kontekstual yang memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai ruang belajar. Mengingat lokasi sekolah berada di bantaran sungai, maka sudah sewajarnya siswa diajak memahami fungsi dan tantangan ekosistem sungai secara langsung. Ia berharap, kegiatan tersebut dapat menanamkan pengetahuan bahwa sungai bukan tempat buang sampah, tapi sumber kehidupan.
“Dari sinilah air yang kita minum berasal, dan banyak makhluk hidup yang bergantung padanya,” tutur Imam.
Sekolah Aliran Sungai tidak sekadar menjadi agenda sesaat, tetapi juga diharapkan menjadi model pembelajaran berkelanjutan yang bisa direplikasi di sekolah-sekolah lain, khususnya yang berada di sekitar daerah aliran sungai.
“Kalau semua sekolah bisa menerapkan ini, maka kesadaran kolektif terhadap pentingnya menjaga sungai akan tumbuh lebih cepat,” harap Imam.
Dalam kegiatan ini para peserta juga mendapat bekal materi dari berbagai pihak Perum Jasa Tirta I, BPBD Jawa Timur, Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya, Garda Lingkungan, dan Konsorsium Lingkungan Hidup (KLH). Mereka memberikan edukasi soal pencemaran sungai, pengelolaan air bersih, dan pentingnya perilaku bijak terhadap alam.
Koordinator Garda Lingkungan, Didik Harimuko, menegaskan pentingnya pendekatan langsung bagi anak-anak dalam menumbuhkan kepedulian lingkungan.“Anak-anak perlu melihat sendiri bagaimana kondisi sungai. Itu akan jauh lebih efektif dibanding sekadar membaca buku. Mereka bisa jadi agen perubahan di rumah atau lingkungan mereka,” ujarnya.
Kegiatan ini juga mendapat dukungan dari sektor industri. PT Pertamina Patra Niaga Integrated Terminal (IT) Surabaya melalui program CSR-nya ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan Sekolah Aliran Sungai. Jefri Marsal selaku IT Manager kepedulian terhadap pelestarian sungai harus ditanamkan sejak dini. Ia berharap, anak-anak bukan hanya paham pentingnya sungai, tapi juga terlibat langsung menjaga dan membersihkannya. Ke depan, akan ada kegiatan lanjutan seperti bersih-bersih bantaran dan pelatihan pengelolaan sampah.
“Semangat edukasi berbasis pengalaman nyata, kegiatan ini membuktikan bahwa pelajaran paling penting seringkali tidak datang dari papan tulis, melainkan dari alam yang mengajarkan secara langsung. Sungai pun tak lagi sekadar aliran air, tapi menjadi kelas terbuka yang mengalirkan kesadaran dan cinta terhadap bumi,” tutup Jefri. (Esha/NA)