Widyaiswara BBPPMPV Seni Budaya Perkenalkan Seni Bambu dan Kelapa di Kaledonia Baru
Nouméa, Ditjen Vokasi PKPLK - Widyaiswara atau Instruktur Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPPMPV) Seni dan Budaya turut berupaya dalam pemberdayaan komunitas diaspora Indonesia di luar negeri. Widyaiswara BBPPMPV Seni dan Budaya, Supriyono, menjadi instruktur pelatihan kerajinan bambu dan tempurung kelapa yang diselenggarakan oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Nouméa, Kaledonia Baru.
Selama bulan Juni-Juli, Supriyono membekali masyarakat Indonesia di luar negeri dengan keterampilan kerajinan yang berdaya saing. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Supriyono telah memberikan pelatihan kerajinan ke berbagai daerah, termasuk Timor Leste, Aceh, Fiji, dan Kaledonia Baru.
Pelatihan ini tidak hanya mengajarkan teknik pembuatan anyaman, gazebo, hingga rumah bambu minimalis, tetapi juga menanamkan pentingnya menjaga warisan budaya Indonesia di negeri rantau.
“Di sana, bambu itu biasanya dibakar, tidak dianggap punya nilai. Kami ubah pola pikir itu. Kami jadikan bambu sebagai sumber ekonomi,” jelas Supriyono.
Perkenalkan Seni dan Budaya Indonesia ke Kancah Internasional
Peserta pelatihan tidak hanya warga binaan, tetapi juga dari berbagai kalangan dan berbagai usia. Melalui pelatihan ini, Supriyono mendorong agar peserta mampu membuat produk memiliki daya jual dan menjaga warisan budaya meski di tanah rantau.
Keberhasilan pelatihan ini terlihat dari terbentuknya showroom kerajinan lokal yang kini dibangun oleh pemerintah kota Kanala. Produk-produk peserta dipajang di festival lokal dan mulai menembus pasar turis.
“Pelatihan ini kami dorong untuk menghasilkan produk berdaya jual tinggi, sehingga setelah pelatihan mereka bisa gelar karya yang bisa diperlihatkan kepada warga lokal,” ungkap Supriyono.
Pelatihan ini memberikan dampak yang sangat kompleks bagi peserta, yakni memperoleh keahlian membuat produk kerajinan dari bambu dan tempurung kelapa yang bernilai jual, membuka peluang usaha baru, dan mengurangi ketergantungan pada pekerjaan informal atau hiburan semata.
“Sarana memperkenalkan seni dan budaya Indonesia kepada masyarakat internasional, sehingga memperkuat citra positif Indonesia di luar negeri. Selain itu lembaga juga dikenal tidak hanya sebagai pusat pelatihan dalam negeri, tetapi juga sebagai agen diplomasi budaya Indonesia,” jelas Supriyono.
Supriyono pun percaya bahwa kegiatan baik ini sangat berdampak pada seni dan budaya menjadi instrumen strategis untuk membangun pengaruh positif dan hubungan baik antarnegara. (BBPPMPV Senbud/Zia/NA)