Wujudkan Visi Misi, SKB Ambon Perluas Jangkauan Layanan Pembelajaran
Ambon, Ditjen Diksi PKPLK - Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Ambon sebagai salah satu satuan pendidikan nonformal terkemuka di Provinsi Maluku mempunyai visi dan misi mewujudkan pendidikan nonformal yang berkualitas, menjadi insan yang beriman, terampil, mandiri dan bertanggung jawab. Namun, untuk mewujudkannya tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Helena Loisa Beresaby, selaku Kepala SKB Ambon, mengungkapkan berbagai tantangan mereka hadapi untuk mewujudkan visi dan misi tersebut. Beberapa di antaranya adalah karena keterbatasan sumberdaya manusia dan kekurangan fasilitas di satuan pendidikan tersebut.
“Tantangan utama karena keterbatasan alat, misalkan tata boga kami masih menggunakan alat sederhana. Selain itu, kami kekurangan beberapa instruktur. Kami membayar 1 bulan dengan 4 kali pertemuan. Kalau ada instruktur sendiri akan bagus. Dari keterampilan tata rias wajah dan rambut, instruktur yang sekarang saya sudah minta ibu pamong di sini untuk mendampingi instruktur dan kalau bisa 2 tahun ke depan ibu pamong yang harus bisa,” kata Helene tentang sumber daya di SKB Ambon.
Namun, Helena dan ekosistem di SKB Ambon tidak patah arang dalam menjalankan proses pendidikan dan mencapai visi dan misi yang mereka harapkan. SKB tersebut berupaya terus mewujudkan dengan beberapa program prioritas yang mereka laksanakan dengan memanfaatkan kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk memperkuat fungsi pamong.
“Selain menyediakan paket A, B, C, dan program keaksaraan, kami ada berbagai gelar karya siswa dan biasa setiap menyongsong HUT Kota Ambon, kami memamerkan. Kami mencoba terus meningkatkan 6 keterampilan yang ada di sini, mulai dari tata boga, tata busana, tata rias kecantikan rambut dan wajah, keterampilan kerajinan tangan, tenun ikat dan hidroponik,” terang Helena.
Dalam perjalanan proses pendidikan SKB Ambon turut menyelesaikan berbagai persoalan pendidikan di daerah tersebut, termasuk persoalan anak usia sekolah yang tidak sekolah (ATS). SKB tersebut mempunyai komite yang berusaha untuk menjangkau dan mengidentifikasi ana-anak dari desa ke desa, dan dari rumah ke rumah, yang bermasalah dengan pendidikan mereka. Hal tersebut juga untuk menarik minat masyarakat agar mau terlibat dengan SKB.
“Kami turun ke rumah dan memberi pemahaman pada orang tua. Sehingga, waktu kami mengundang orang tua mereka datang, mereka mengetahui manfaat ketika anaknya dititipkan di sini,” kata Helena.
Menurutnya, di SKB bukan saja ilmu pengetahuan, tetapi ada keterampilan juga yang bertambah dari anak-anak.
“Anak yang sudah putus sekolah dengan keterampilan rias melamar pekerjaan ternyata diterima. Memang belum semua orang tua mau datang untuk diajak pertemuan, tetapi sudah ada puluhan yang datang rapat untuk mendengar, bagaimana anak putus sekolah bisa masuk dalam pendidikan nonformal,” lanjutnya.
Saat ini SKB Ambon pun memperluas jangkauan pelayanan pendidikan mereka dengan menghadirkan kelompok belajar di 5 desa, 1 kelurahan, 1 lembaga pemasyarakatan anak, 1 lembaga pemasyarakatan dewasa. Delapan Kelompok di luar SKB tersebut belajar di hari Sabtu. Pemerintah desa dan kelurahan menyiapkan balai desa untuk tempat belajar anak.
“Kalau di Lapas kami layani juga hari Sabtu. Senin sampai Jumat di SKB. Total saat ini ada 356 orang warga belajar,” tutup Helena. (Esha/NA)