3 Hal Penting dalam Menyusun Kurikulum Tata Busana menurut Industri Fesyen
Jakarta, Ditjen Vokasi PKPLK - Bidang fesyen yang sangat dinamis membutuhkan tenaga kompeten di bidangnya. Tidak hanya kreatif, tetapi juga yang memperhatikan tren industri sehingga para guru perlu mengarahkan murid agar bisa sejalan dengan hal tersebut.
Metier Academy ESMOD, sebagai salah satu industri yang telah bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, Pendidikan Layanan Khusus (PKPLK) menilai bahwa kemitraan antara industri dan satuan pendidikan adalah hal yang utama. Untuk itu, Direktur Metier Academy (ESMOD), Yudi Supriyadi, mendorong kolaborasi yang erat untuk mendukung pendidikan vokasi PKPLK di Indonesia.
Berdasarkan penjelasan Yudi, setidaknya ada beberapa aspek yang harus disisipkan di kurikulum tata busana, baik itu untuk di lembaga kursus dan pelatihan (LKP) maupun sekolah menengah kejuruan (SMK). Berikut adalah penjelasannya.
Sisipkan Materi Fesyen Berkelanjutan (Sustainable Fashion)
Di tengah tantangan lingkungan, perlu diperhatikan bahwa fesyen pun bisa menimbulkan dampak yang besar bagi lingkungan. Sampah fesyen yang menumpuk di beberapa negara menjadi bukti bahwa fesyen pun berperan dalam ketahanan bumi. Menurut Yudi, tren fesyen global sudah mengarah kepada prinsip berkelanjutan. Oleh karena itu, masukan materi seperti pemanfaatan bahan ramah lingkungan dan teknik produksi yang minim limbah.
Utamakan Storytelling dalam membuat Fesyen
Yudi menerangkan bahwa kemampuan dalam mengkreasikan busana memanglah penting, tetapi juga berikan peserta didik dalam berlatih narasi atau storytelling terhadap fesyen yang mereka buat. Dengan storytelling, fesyen dapat mengungkapkan perjalanan budaya, nilai keberlanjutan, hingga kisah personal yang menyentuh emosi konsumen. Hal ini membuat produk tidak hanya indah secara visual, tetapi juga memiliki daya ikat emosional yang kuat, sehingga lebih mudah diterima pasar. Dengan begitu, lulusan vokasi tata busana tidak hanya menjadi pengrajin, tetapi juga kreator yang mampu menghadirkan produk sesuai selera konsumen dan tetap memiliki identitas kuat.
Perkuat Aspek Kewirausahaan
Tak hanya keterampilan teknis menjahit dan mendesain pola, aspek kewirausahaan pun perlu diperkuat dalam kurikulum pendidikan vokasi bidang tata busana. Bekalilah murid SMK atau peserta didik LKP dengan pengetahuan tentang manajemen bisnis, strategi pemasaran, pengelolaan keuangan, hingga pemanfaatan platform digital. Hal ini akan semakin mendorong lahirnya desainer muda yang inovatif dan berorientasi pasar, sehingga tidak sekadar menjadi pencari kerja, tetapi justru mampu menciptakan lapangan kerja baru di industri fesyen.
Itulah tiga aspek yang bisa ditambahkan di kurikulum tata busana. Dengan memperhatikan hal tersebut pendidikan vokasi akan mampu melahirkan generasi desainer muda yang inovatif, profesional, dan juga berdaya saing di industri fesyen dunia. (Zia/NA)