Praktik Baik PKBM Sanggar Anak Alam, Membangun Budaya Literasi yang Bermakna untuk Membuka Peradaban
Jakarta, Ditjen Vokasi PKPLK – Sekolah adalah salah satu wadah untuk belajar. Sebagaimana fungsinya, sekolah diharapkan dapat menjadi tempat yang nyaman dan tepat untuk murid-murid menggali potensi terbaik dalam dirinya.
Budaya literasi memiliki kaitan yang erat bersama pendidikan untuk membangun generasi emas yang berkarakter, cerdas, dan kritis. Kemampuan literasi tidak hanya tentang membaca rangkaian huruf saja, tetapi juga kemampuan untuk membaca makna dari setiap kata yang kita temui.
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Sanggar Anak Alam (Salam) meyakini bahwa literasi bukan sekedar membaca, tetapi juga jalan untuk membuka masa depan peradaban. Membaca tanpa memahami makna sama halnya berjalan tanpa arah. Oleh karena itu, untuk menanamkan budaya literasi yang bermakna pada setiap peserta didik, PKBM Salam menerapkan sistem pembelajaran berbasis riset.
Sekolah yang terletak di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta ini menawarkan pendekatan pendidikan yang cukup berbeda dari kebanyakan sekolah. Sekolah tanpa pagar tinggi dan tekanan akademis yang sama, setiap siswa diberikan kebebasan untuk belajar sesuai dengan minatnya masing-masing.
Pendiri Salam, Sri Wahyaningsih, dalam gelar wicara Peringatan Hari Aksara Internasional di halaman Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah beberapa waktu lalu, menyampaikan bahwa Salam memberikan ruang untuk murid melakukan eksperimen dan eksplorasi lingkungan di sekitarnya sebagai media untuk belajar, tumbuh, dan berkembang.
“Pendekatan riset membuat orang menstrukturkan pikirannya. Menanamkan karakter dengan riset itu holistik karena dengan riset kita ingin menanamkan bahwa setiap anak harus melakukan pembuktian terhadap temuannya sendiri,” ucap Wahyaningsih.
Di tempat ini, murid berproses untuk menemukan potensi yang dimiliki, mempelajari potensinya, dan mengembangkan potensi tersebut hingga mereka memiliki kesadaran bahwa potensi yang dimiliki berguna untuk kesejahteraan diri sendiri dan sekitarnya. Murid bebas berekspresi, berdiskusi, dan bergerak. Kenyamanan belajar menjadi prinsip utama yang dijaga oleh Salam. Setiap anak diberi ruang untuk mengeksplorasi hal-hal yang mereka sukai.
“Teknologi adalah alat yang harus kita kuasai. Sejauh mana kita bisa menyaring tergantung dari kebiasaan kita membaca dan berinteraksi. Mendengar saya lupa. Melihat saya ingat. Melakukan saya paham. Menemukan sendiri saya kuasai,” tegas Wahyaningsih. (Aya/NA)