Penting untuk ABK, Ini Empat Keahlian yang Harus Dimiliki Shadow Teacher
Jakarta, Ditjen Vokasi PKPLK - Pernah mendengar tentang shadow teacher? Bagi para orang tua dengan anak berkebutuhan khusus, biasanya sudah familiar dengan shadow teacher yang tak lain merupakan guru pendamping untuk anak-anak berkebutuhan khusus.
Kepala SLBN 4 Jakarta, Sukimin, mengatakan bahwa shadow teacher pada dasarnya merupakan seorang pendidik yang memberikan dukungan dan bantuan secara langsung kepada anak berkebutuhan khusus dalam proses belajar-mengajar di kelas.
Seorang shadow teacher, lanjut Sukimin, memiliki peran yang penting dan strategis dalam membantu anak berkebutuhan khusus mengatasi kesulitan yang dihadapi oleh anak berkebutuhan khusus (ABK), mulai dari belajar, berinteraksi dengan teman sebaya, hingga membantu ABK dalam beradaptasi dengan lingkungan sekolah yang inklusif.
“Shadow teacher dapat diartikan dengan seorang pendidik yang membantu anak-anak berkebutuhan khusus dalam proses belajar di kelas,” tambah Sukimin.
Shadow teacher juga berperan untuk melatih kemampuan anak agar dapat mengikuti pelajaran di kelas, mendengarkan guru, hingga melatih sosial-emosi-komunikasi-kognitif serta motorik anak selama beraktivitas di kelas.
“Menjadi seorang shadow teacher artinya mendukung dalam berbagai aspek, yang pasti tidak hanya bagaimana menemani saat siswa belajar akademis saja, tetapi juga mendukung perkembangan dan kemampuan siswa ABK,” ujar Sukimin.
Meskipun pada akhirnya seorang shadow teacher bertujuan membuat anak menjadi mandiri secara sosial, emosi, komunikasi, kognitif dan motoriknya, dalam penanganannya shadow teacher perlu mengajarkan secara bertahap dan secara perlahan mengurangi ketergantungan siswa pada shadow teacher.
Lantas, apa saja keahlian yang harus dimiliki oleh seorang shadow teacher? Sukimin mengatakan, ada beberapa keahlian yang harus dimiliki oleh seorang shadow teacher, salah satunya adalah keahlian komunikasi.
“Seorang shadow teacher harus memiliki kemampuan komunikasi yang efektif dengan ABK dan pendidik lainnya. Hal ini penting untuk membantu ABK memahami pembelajaran, memberikan umpan balik atau pujian yang positif, dan bekerja sama dengan guru reguler, terapis, atau orang tua,” jelas Sukimin.
Seorang shadow teacher juga harus memiliki pemahaman tentang kebutuhan individu, utamanya kemampuan untuk mengobservasi, menilai, dan mengembangkan rencana pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan ABK. Seorang shadow teacher harus mampu menyesuaikan metode, media, dan evaluasi pembelajaran sesuai dengan karakteristik dan kondisi ABK.
Hal lain adalah kemampuan mengelola perilaku untuk mengidentifikasi, menerapkan, dan mencegah perilaku ABK yang dapat mengganggu pembelajaran. Seorang shadow teacher harus mampu mengatasi perilaku ABK dengan strategi atau teknik yang efektif, serta memberikan konsekuensi atau penguatan positif kepada ABK.
“Terakhir adalah kemampuan kolaborasi yakni untuk bekerjasama dengan tim pendukung ABK dalam memberikan dukungan atau bimbingan kepada ABK. Seorang shadow teacher harus mampu berkomunikasi dan berkoordinasi secara profesional dan kooperatif dengan guru reguler, terapis, dan orang tua, serta harus mampu menyelesaikan konflik atau perbedaan pendapat dalam tim pendukung ABK,” ujar Sukimin. (Nan/NA)