Asyik Dibaca Saat Liburan, Ini 5 Rekomendasi Novel Tipis Karya Pengarang Dunia
Jakarta, Ditjen Vokasi PKPLK - Hari libur, termasuk akhir pekan, tentu merupakan saat tepat untuk memberi ruang pada hal-hal kecil yang menyenangkan, seperti duduk santai, menyeruput secangkir kopi atau teh, dan sebuah novel tipis. Jika Sobat Vokasi PKPLK sedang mencari bacaan yang ringan dari segi halaman tapi kaya dari segi isi, lima novel rekomendasi ini bisa jadi teman akhir pekan yang sempurna.
Membaca karya sastra itu seperti membuka jendela melihat dunia lain. Sobat Vokasi PKPLK bisa ikut mengarungi berbagai kisah masuk ke dalamnya. Setiap novel tentunya membawa cerita dan juga menyelipkan pemahaman—tentang kesendirian, keberanian, kebebasan, cinta, dan bahkan absurditas hidup. Imajinasi terasah, empati tumbuh, dan kadang tanpa sadar, kita belajar memahami dunia dan diri sendiri lebih dalam.
Ini dia 5 rekomendasi novel yang pasti asyik dibaca saat santai. Terlebih, bisa diselesaikan membacanya dalam sehari, bahkan dalam sekali duduk.
Lelaki Tua dan Laut karya Ernest Hemingway (Amerika Serikat)
Novel karya Ernest Hemingway ini merupakan salah satu faktor utama jurnalis Asal Amerika Serikat tersebut Hadiah Nobel Sastra pada tahun 1954. Novel ini diakui karena gaya bercerita yang kuat dan penggambarannya yang memukau tentang perjuangan manusia melawan alam. The Old Man and the Sea mengisahkan perjuangan epik seorang nelayan tua bernama Santiago yang telah 84 hari melaut tanpa menangkap seekor ikan pun. Ia dianggap sial oleh masyarakat, tetapi seorang muridnya, Manolin, masih berbakti kepada si lelaki tua tersebut, Manolin mengunjungi gubuk Santiago setiap malam, mengangkat peralatan nelayannya, memberinya makan dan membicarakan olahraga bisbol Amerika dengan si lelaki tua. Pada hari ke-85 Santiago memutuskan untuk pergi jauh ke tengah laut demi membuktikan bahwa keberanian dan ketekunan masih menyala dalam dirinya. Di sana, ia bertemu seekor ikan marlin raksasa yang menjadi simbol pertarungan antara manusia dan alam, serta antara harapan dan keputusasaan. Pertarungan berlangsung selama tiga hari tiga malam, menyiksa tubuh dan menantang jiwa sang nelayan, tetapi juga menghidupkan kembali harga dirinya yang terluka.
Rumah Kertas karya Carlos Maria Dominguez (Argentina)
Rumah Kertas adalah sebuah novel pendek, sangat memikat, tentang dunia para pecinta buku dan kegilaan yang bisa tumbuh dari obsesi terhadap literatur. Kisah dalam novel ini dimulai dengan kematian seorang dosen sastra, Bluma Lennon, yang tertabrak mobil saat membaca puisi saat berjalan di jalan. Tak lama setelah kematiannya, sebuah buku berjudul The Shadow Line karya Joseph Conrad yang penuh debu dan semen tiba di kantornya, mengawali rangkaian misteri. Narator dalam novel ini merupakan rekan kerja Bluma. Ia berusaha mengungkap asal-usul buku tersebut, yang membawanya ke Uruguay dan mempertemukannya dengan sosok eksentrik bernama Carlos Brauer. Di sana, ia menemukan bahwa kecintaan terhadap buku bisa melampaui kewarasan, hingga seseorang membangun sebuah rumah dari buku-buku itu sendiri. Novel ini dianggap sebagai kisah misteri memikat yang membungkus unsur sastra, literatur, dan penyelidikan tentang buku aneh yang misterius. Kisah ini membawa pembaca untuk menjelajahi dunia para pecinta buku dan memahami betapa kuatnya pengaruh buku dalam kehidupan manusia.
Moderato Cantabile karya Marguerite Duras (Prancis)
Moderato Cantabile adalah sebuah novel pendek yang menghanyutkan dan penuh atmosfer. Novel ini mengisahkan pertemuan rutin antara Anne Desbaresdes, istri seorang industrialis kaya, dan Chauvin, seorang pria asing, di sebuah kafe kecil di kota pesisir Prancis. Latar cerita dimulai ketika Anne, yang sedang menemani anaknya belajar piano, mendengar suara tembakan: seorang wanita telah dibunuh oleh kekasihnya. Kejadian ini membekas dalam benaknya, dan menjadi pemicu dari serangkaian percakapan ambigu yang diliputi hasrat terpendam dan rasa ingin tahu yang samar-samar. Dalam pertemuan-pertemuan berikutnya, Anne dan Chauvin secara perlahan membangun semacam hubungan emosional melalui dialog yang melingkar, penuh jeda dan intensitas diam-diam. Mereka membayangkan ulang kisah cinta dan kematian yang mereka dengar, sekaligus menguak ketegangan tersembunyi dalam kehidupan Anne yang tampak tenang namun dingin dan terpenjara. Dengan gaya minimalis dan repetitif yang khas, Duras menyajikan sebuah meditasi tentang kerinduan, keterasingan, dan kekosongan batin dalam kehidupan borjuis yang membungkam hasrat.
Perempuan di Titik Nol karya Nawal El Saadawi (Mesir)
Dalam novel ini Nawal El Saadawi berkisah tentang Firdaus, seorang perempuan Mesir yang menjalani kehidupan penuh kekerasan, eksploitasi, dan pengkhianatan sejak masa kanak-kanak hingga dewasa. Melalui sudut pandang seorang psikiater perempuan yang menemuinya di penjara, Firdaus menuturkan perjalanan hidupnya menjelang eksekusi hukuman mati. Dari pelecehan di rumah, pernikahan yang abusif, hingga kehidupan sebagai pekerja seks, Firdaus menyadari bahwa tubuh dan harga dirinya selalu menjadi komoditas di tangan laki-laki dan sistem yang patriarkal. Namun, dari titik paling gelap dalam hidupnya, Firdaus justru menemukan bentuk kebebasan sejati: saat ia menolak tunduk dan memilih untuk melawan. Dalam ketenangan menjelang kematiannya, ia menjadi simbol pemberontakan terhadap struktur sosial yang menindas perempuan.
Kenang-Kenangan Mengejutkan Si Beruang Kutub karya Claudio Orrego Vicuña (Chili)
Claudio Orrego Vicuña merupakan seorang sosiolog, peneliti sejarah, penulis, dan aktivis mahasiswa yang menjadi politisi dan anggota parlemen dari Partai Kristen Demokrat Chile. Pada 1973, kudeta militer Jenderal Augusto Pinochet bukan hanya menggulingkan presiden terpilih Salvador Allende, tetapi juga membubarkan parlemen yang membuat Orrego Vicuña tersingkir dari jabatannya. Novel ini berkisah tentang seekor beruang kutub ditangkap oleh para pemburu dan dirumahkan di kebun binatang di Chile. Namun beruang bernama Baltazar ini bukan beruang biasa. Dengan kearifan dan selera humornya yang manusiawi, serta sudut pandangnya yang unik, ia merenungkan situasinya di dalam kerangkeng untuk melucuti problem-problem kemanusiaan seperti kewenangan dan kekuasaan, penghambaan dan kebebasan. Karya tipis yang inspiratif, penuh makna dan permenungan yang menggugah. Novel ini ditulis Claudio Orrego Vicuña sebagai sebagai alegori politik tentang hidup di bawah kediktatoran, dan penyemangat bagi siapa saja yang sedang tertindas agar tidak menyerah dalam perjuangan mencapai kebebasan sejati. (Esha/Dani)