Dari Arsitek, Dyah Sukses Lahirkan Para Ahli Tata Rias
Malang, Ditjen Vokasi PKPLK - Berawal dari ketertarikan untuk melanjutkan usaha jasa merias pengantin milik orang tuanya, Dyah Retno Susilowati kini dikenal sebagai salah satu pemilik lembaga kursus dan pelatihan (LKP). Lembaganya telah berhasil melahirkan lulusan yang mampu bersaing di industri tata rias dan kecantikan.
Sejatinya, Dyah merupakan seorang arsitek. Ia pernah merancang dan membangun sebuah rumah mewah di daerah Menteng, Jakarta Pusat.
“Awalnya sebenarnya sudah mulai ikut Ibu merias dari 2008. Pada 2018 Ibu meninggal. Kemudian, saya akhirnya memilih melanjutkan ini (usaha rias),” kata Dyah beberapa waktu lalu.
Perlahan, Dyah semakin menekuni dunia rias dan LKP. Meski sempat tergagap di awal, namun Dyah melihat banyak hal positif yang didapat dari kegiatan mengelola LKP.
“Jadi saat Juni 2018, saya bekerja sama dengan Dinas Tenaga Kerja untuk pelatihan 40 anak. Nah, dari sana saya belajar dan terus berlanjut sampai saat ini,” kenang Dyah.
Meskipun tak memiliki latar belakang ilmu di bidang tata rias, Dyah mengaku semakin memantapkan diri untuk menekuni dunia pendidikan kursus kecantikan ini. Terlebih, saat ia melihat langsung lulusan LKP-nya yang sukses membuka salon maupun bekerja hingga ke luar negeri.
Penyelenggara Program Pendidikan Kecakapan Kerja (PKK)
Selain menyelenggarakan program pelatihan reguler, LKP Dyah Puspita juga menjadi salah satu lembaga penyelenggara program Pendidikan Kecakapan Kerja (PKK). Program PKK sendiri merupakan program unggulan dari Direktorat Kursus dan Pelatihan, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus (PKPLK), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Program ini memberikan pelatihan kursus gratis bagi anak putus sekolah dan anak usia sekolah yang tidak sekolah untuk dilatih dengan kecakapan kerja sesuai minat bidangnya. Salah satunya adalah bidang kecantikan.
“Biasanya rata-rata kami melatih sekitar 30 siswa dalam program PKK setiap tahunnya,” tambah Dyah.
Materi yang diajarkan dalam program PKK Tata Kecantikan ini di antaranya adalah perawatan wajah dengan teknologi. Penggunaan teknologi karena saat ini banyak salon-salon kecantikan yang menggunakan teknologi seperti untuk facial. Selain perawatan wajah, materi pelatihan juga ada terkait tata rias, perawatan kuku dan tangan, serta swedish massage.
“Swedish ini baru diajarkan sekitar dua tahun terakhir ini karena ternyata permintaan di pasar akan keterampilan swedish massage ini cukup banyak,” kata Dyah.
Dalam pelaksanaannya, LKP Dyah Puspita juga melibatkan industri yang ada di Malang dan sekitarnya.
“Kami juga bekerja sama dengan asosiasi untuk membantu lulusan mendapatkan pekerjaan,” ujar Dyah.
Dari kerja sama dengan mitra industri tersebut, membuat lulusan LKP Dyah hampir 100 persen terserap oleh industri.
“Tapi biasanya mereka bekerja hanya untuk mengumpulkan modal dan kemudian membuat usaha sendiri,” ujar Dyah. (Nan/Dani)