Estetik dan Bermakna, Ragam Motif Khas Aceh jadi Inovasi Pembelajaran Nail Art di SMKN 3 Banda Aceh
Banda Aceh, Ditjen Vokasi PKPLK – Indonesia adalah salah satu negara yang terkenal akan kekayaan budayanya. Keanekaragaman budaya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke memberikan warna tersendiri bagi kehidupan masyarakatnya.
Keindahan kebudayaan Indonesia sering kali memukau siapapun yang melihatnya tak terkecuali masyarakat mancanegara. Ada berbagai jenis kebudayaan yang berkembang di Indonesia, misalnya motif khas daerah yang biasa tergambar di wastra atau bangunan. Namun, perkembangan zaman dan modernisasi yang begitu cepat menjadi tantangan tersendiri untuk kelangsungan kebudayaan Indonesia.
Oleh karena itu, diperlukan upaya bersama untuk menjaga ekosistem kebudayaan Indonesia ini. Menyikapi hal ini, SMKN 3 Banda Aceh, melalui Konsentrasi Keahlian Tata Kecantikan Kulit dan Rambut, pun berhasil menghadirkan inovasi pembelajaran yang kreatif, inovatif, estetik, dan bermakna. Melalui pembelajaran yang kreatif, SMKN 3 Banda Aceh berhasil mengangkat ragam motif khas Aceh menjadi inspirasi dalam seni nail art yang kemudian diajarkan kepada para muridnya.
Rismaria Ulfa, guru SMKN 3 Banda Aceh menuturkan bahwa integrasi budaya lokal dalam pembelajaran diperlukan agar siswa tidak hanya mampu menciptakan desain yang umum dipasaran, tetapi juga bisa menciptakan desain yang berakar dari kearifan lokal dan mampu memahami setiap filosofi di setiap desainnya. Dengan begitu, siswa tidak hanya menciptakan karya yang indah dan tidak monoton, tetapi juga bermakna.
“Kami memanfaatkan limbah botol plastik yang kemudian diolah menjadi kuku palsu dan dilukis oleh siswa dengan motif khas Aceh. Dengan inisiatif ini tentunya suasana pembelajaran menjadi lebih hidup,” ucap Rismaria.
Proses pembelajaran dimulai dari pengenalan ragam motif khas Aceh, sejarahnya, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Selanjutnya, siswa diajak berkreasi menerjemahkan motif tersebut ke dalam bentuk sketsa desain nail art. Projek ini tidak hanya meningkatkan keterampilan teknis, tetapi juga membangun rasa cinta terhadap budaya lokal.
Hasil karya siswa pun tidak kalah menarik. Desain kuku dengan motif geometris khas Aceh tampil elegan dalam warna-warna modern yang tetap mempertahankan nuansa etnik. Tak hanya sebagai projek pembelajaran, pengembangan desain nail art bermotif Aceh melalui media limbah botol plastik juga berpotensi menjadi peluang bisnis bagi para siswa setelah lulus nanti.
Hasil pembelajaran ini tidak hanya berhasil mengangkat motif daerah dalam pembelajaran saja, tetapi juga menghasilkan produk yang bernilai jual tinggi karena kuku palsu bernuansa etnik dari limbah plastik berhasil mencuri perhatian konsumen.
“Tren kecantikan yang terus berkembang membuka peluang besar untuk produk dan jasa yang memiliki kekhasan lokal. Dengan keunikan dan cerita budaya di balik setiap desain, produk-produk ini bisa menyasar pasar yang lebih luas, baik lokal maupun nasional.
Kepala SMKN 3 Banda Aceh, Sufriani, menyampaikan apresiasinya atas kreativitas dan inovasi dalam pembelajaran yang dilakukan di SMKN 3 Banda Aceh. Pihak sekolah sendiri menyatakan akan terus mengembangkan metode pembelajaran berbasis budaya ini. Inisiatif ini membuktikan bahwa pendidikan vokasi tidak hanya soal keahlian teknis, tetapi juga menjadi ruang strategis untuk merawat identitas budaya bangsa.
“Kami mendorong para guru untuk terus berinovasi dan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Tidak hanya menyenangkan di kelas, tetapi materi yang didapatkan oleh siswa juga bisa menjadi bekal untuk masa depan terutama ketika bekerja maupun berwirausaha,” ucap Sufriani. (SMKN 3 Banda Aceh/Aya/Dani)