Inilah Dua Program Anyar Merdeka Vokasi
Madiun, Ditjen Diksi - Untuk menjawab kepastian tantangan dunia usaha dan dunia industri (DUDI), Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi meluncurkan 2 program Merdeka Vokasi, yaitu Program Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)-Diploma Dua (D2) Jalur Cepat dan Program Peningkatan Prodi Diploma Tiga menjadi Sarjana Terapan (Diploma Empat-D4).
Program Jalur Cepat SMK-D2 merupakan realisasi skema sambung-suai dunia pendidikan dan DUDI yang melibatkan tiga pihak, yaitu SMK, pendidikan tinggi vokasi (PTV), dan DUDI. PTV yang dimaksud bisa berupa politeknik, akademi komunitas, universitas/institut, dan sekolah tinggi yang memiliki program diploma dua (D-2). Program ini harus berbasis kebutuhan nyata dari DUDI, yakni kompetensi (hard skill dan soft skill tinggi) yang memiliki mental siap kerja dan siap belajar sepanjang hayat.
Program ini mendorong peserta didik SMK dapat lebih cepat mendapatkan kompetensi yang lebih tinggi melalui mekanisme yang lebih praktis dengan gelar atau level ijazah yang lebih tinggi. Untuk bisa mendapatkan diploma dua, peserta didik Program Jalur Cepat SMK-D2 yang telah menjalankan pendidikan di SMK selama tiga tahun (termasuk praktik kerja lapangan selama enam bulan), dapat secara merdeka memilih meneruskan langsung satu setengah tahun pendidikan di PTV (termasuk satu tahun magang). “Untuk mengisi teknisi terampil, maka SMK dikoneksikan dengan perguruan tinggi vokasi yang meluluskan diploma dua. Sehingga, Indonesia akan memiliki tenaga yang berkompeten,” tegas Wikan.
Wikan menjelaskan, nantinya siswa dapat menempuh enam semester di SMK dan tiga semester menjadi mahasiswa di level pendidikan tinggi. “Jadi, pengalaman bekerja di industri akan lebih banyak,” tuturnya.
Adapun syarat khusus lainnya, yaitu kurikulum disusun bersama (SMK, PTV, dan DUDI) sejak semester 1 s/d 9, serta para dosen PTV dan expert DUDI bergabung dengan para guru SMK untuk terjun langsung mengajar para siswa SMK sejak kelas 10 SMK sampai lulus D2 pada semester 9. Capaian pembelajaran selama di SMK, akan diakui (berbobot) sekitar 18 SKS (sudah ditempuh) ketika mengawali masuk ke level pendidikan tinggi di PTV.
Wikan menjelaskan bahwa minimal satu semester di SMK, dialokasikan untuk program praktik kerja industri (prakerin). Begitu juga saat di perguruan tinggi, untuk semakin meningkatkan soft skill dan karakter keberkerjaannya, mahasiswa semester delapan dan sembilan mengalokasikan dua semester untuk magang di DUDI. Dengan penguatan soft skill dan karakter, maka secara otomatis hard skill-nya juga semakin terasah dan semakin matang.
Adapun program magang di semester delapan dan sembilan merupakan program magang yang dilakukan di DUDI maupun dalam program pembelajaran industri, yaitu pembelajaran di PTV berbasis produksi atau jasa yang mengacu kepada standar dan prosedur yang berlaku di DUDI. Program ini terinspirasi oleh dual system yang diterapkan di pendidikan vokasi Jerman, yaitu magang sambil kuliah di industri.
Untuk menyelenggarakan program ini, SMK bekerja sama dengan PTV yang memiliki program studi yang linier. Sehingga, dalam empat setengah tahun peserta didik berhak mendapatkan gelar diploma dua selain ijazah SMK, serta memiliki kompetensi untuk menjadi teknisi atau SDM yang terampil.
“Program SMK-D2 Jalur Cepat ini merupakan bentuk upaya Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi untuk dapat menyiapkan SDM unggul dan andal sebagaimana dicanangkan oleh Bapak Menteri dan Bapak Presiden sebagai fokus pada program Nawacita jilid dua,” jelas Direktur Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi Beny Bandanadjaja.
Program ini merupakan pilihan yang dapat diambil untuk dilaksanakan SMK dan perguruan tinggi vokasi, namun tidak bersifat wajib. Meski demikian, program pengembangan lembaga perguruan tinggi dan SMK ini sangat baik karena mengusung semangat kolaborasi lintas jenjang pendidikan. “Oleh karena itu, pelaksanaan awal program ini dimulai oleh SMK-PTV-DUDI yang sudah memiliki kesiapan dalam menjalankan program SMK-D2 Jalur Cepat ini, yaitu 20 PTV, lebih dari 80 SMK, dan 35 DUDI yang siap berkomitmen untuk menjadi pionir dalam mewujudkan program ini,” tambah Beny.
D3 Menuju Sarjana Terapan (D4)
Sebagai salah satu program strategis inovasi Ditjen Pendidikan Vokasi dalam rangka meningkatkan sambung-suai pendidikan vokasi dengan DUDI, Program Peningkatan Prodi Diploma Tiga menjadi Sarjana Terapan (Diploma Empat-D4) memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bisa mendapatkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yang memberikan peluang untuk bisa mengisi posisi supervisor produksi dan pelaksana lapangan andal yang dibutuhkan oleh DUDI. Untuk ini, PTV dapat mengajukan peningkatan prodi dengan syarat mereka sudah memiliki atau melibatkan rekanan DUDI pada program D4 tersebut.
“Jadi, kalau PTV ingin Prodi D3-nya ditingkatkan menjadi sarjana terapan, syaratnya adalah memiliki rekam jejak sudah berhasil ‘link and match’ dengan beberapa DUDI yang bereputasi. Serta, harus memiliki visi pengembangan prodi yang kuat dan visioner, jauh ke depan, termasuk dalam hal pengembangan kerja sama luar negeri dan pengembangan kewirausahaan yang tangguh,” tegas Dirjen Wikan.
Program ini merupakan perubahan program studi D3 yang memiliki peringkat akreditasi minimal B atau baik sekali menjadi program studi sarjana terapan pada bidang ilmu yang serumpun pada perguruan tinggi. Meski, implementasi program ini akan tetap membuka peluang bagi perguruan tinggi untuk tetap mempertahankan diploma tiga. “Selain peluang kerja yang dapat diisi lulusan sarjana terapan, tetapi masih ada peluang bekerja bagi lulusan D3. Maka, PTV dapat mempertahankan prodi diploma tiga,”jelas Wikan.
Program peningkatan prodi ini diprioritaskan bagi prodi-prodi yang sudah mengembangkan dan melaksanakan program kolaborasi dengan kampus luar negeri yang bereputasi, memiliki peta jalan pengembangan prodi hingga 15 tahun ke depan, serta strategi promosi prodi sarjana terapan ke masyarakat dan DUDI. Namun, bagi PTV yang masih menginginkan prodinya tetap pada jenjang D3, maka dipersilakan untuk tidak memilih opsi meng-upgrade, atau meningkatkan menjadi sarjana terapan/D4.
Sementara itu kurikulum yang disusun dalam Program SMK-D2 Jalur Cepat dan Program Peningkatan Prodi D3 menjadi Sarjana Terapan harus mengimplementasikan konsep kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka. Kurikulum juga harus disusun bersama pihak industri dan calon pengguna lulusan, dengan penerapan minimal magang di DUDI selama minimal satu semester dan skema pembelajaran berbasis praktik kerja (project based learning). “Praktik kerja bisa berasal dari industri maupun masyarakat. Hasil pembelajarannya harus bermanfaat nyata bagi industri dan masyarakat,” papar Wikan.
Dari sisi dunia industri, Direktur Pengembangan PT INKA Agung Sedayu menjelaskan bahwa bahwa yang diinginkan dunia industri hanyalah bekerja. “Jadi, dengan adanya program unggulan ini semoga akan menjawab kebutuhan industri. Dengan kesepakatan program ini, PT INKA memiliki hak dan kewajiban di dalamnya dan siap bekerja sama serta berjalan beriringan merumuskan kurikulum pembelajaran dengan Kemendikbud untuk merelisasikan sinergi ini,” ujarnya. (Diksi/DN/AP)