Melalui Angklung, Siswa SLBN Gedangan Terapi dan Belajar Mengembangkan Diri
Sidoarjo, Ditjen Vokasi PKPLK - Musik telah terbukti memiliki banyak manfaat positif untuk anak berkebutuhan khusus (ABK). Hal inilah yang mendorong SLBN Gedangan, Sidoarjo, Jawa Timur mengembangkan ekstrakurikuler musik, salah satunya adalah angklung.
Guru musik SLBN Gedangan, Rila Wirawan, mengatakan bahwa di SLBN Gedangan, seni musik angklung diajarkan sebagai bagian dari terapi dan kegiatan ektrakurikuler yang bisa diikuti oleh seluruh peserta didik.
“Sebenarnya selain angklung kami ada juga ekstrakurikuler baleganjur, dan ada marching band,” kata Rila beberapa waktu lalu.
Ekstrakurikuler angklung sudah berlangsung sejak beberapa tahun lalu. SLB Negeri Gedangan memiliki empat set angklung yang dibuat dengan tanda khas untuk memudahkan anak berkebutuhan khusus dalam memainkan alat musik dari bambu tersebut.
“Untuk kelompok musik angklung sendiri kami membagi dalam tiga kelompok, yakni grup musik atau kelompok angklung khusus untuk anak tuna rungu, kelompok angklung campuran, dan grup angklung kelompok 16. Masing-masing kelompok isinya 50 anak, hanya yang kelompok 16 ini saja yang isinya 16 anak,” kata Rila.
Pembentukan kelompok 16 sendiri, lanjut Rilla, berawal dari ketidaksengajaan. Awalnya, kelompok musik angklung SLBN Gedangan menerima undangan untuk tampil di acara Ikatan Dokter Indonesia (IDI) di Surabaya. Namun karena alasan satu dan lain hal, pihak panitia tidak bisa membawa seluruh peserta kelompok angklung yang jumlahnya mencapai 50 anak tersebut.
“Awalnya IDI inginnya satu kelompok cuma 10 anak saja. Tapi ,itu akan sulit sekali untuk memainkan kelompok musik angklung hanya dengan 10 anak. Akhirnya kami coba untuk diskusi, termasuk dengan Bapak Kepala Sekolah saat itu dan akhirnya kita sepakat untuk memberangkat anak 16 anak dan inilah yang kemudian jadi kelompok musik angklung 16 anak,” kata Rila.
Meski awalnya sempat ragu, akhirnya kelompok musik angklung ini berhasil tampil memukau. Mereka bahwa berhasil membuat kagum para undangan yang hadiri dengan penampilan mereka
“Rata-rata satu ajak bisa bawa delapan alat. Padahal mereka kan ABK,” kata Rila.
Sejak itu, kelompok 16 ini menjadi formasi baru yang senantiasa tampil di sejumlah acara. Mereka kerap tampil untuk memenuhi undangan atau mengisi acara-acara yang digelar baik oleh pemda setempat, atau korporasi.
“Ini lah yang membuat mereka begitu bangga. Dan saya juga terus menanamkan motivasi kepada mereka bahwa mereka hebat,” tambah Rila.
Lebih lanjut, Rilla mengatakan bawah angklung memiliki banyak manfaat untuk ABK. Selain sebagai alat musik yang menyenangkan, angklung juga dapat meningkatkan keterampilan motorik halus, kognitif, dan sosial pada ABK sehingga angklung dapat menjadi media belajar bagi ABK. Beberapa studi juga menunjukkan bahwa bermain angklung dapat memberikan dampak positif pada berbagai aspek perkembangan anak, termasuk ABK.
“Dan yang penting itu dapat menjadi hiburan yang menyenangkan bagi para siswa. Bermain angklung dapat menjadi kegiatan yang menyenangkan dan rekreatif bagi ABK, mengurangi stres dan meningkatkan suasana hati,” tambah Rila.
Bermain angklung secara berkelompok dapat mengajarkan nilai-nilai kerjasama bagi anak-anak berkebutuhan khusus. (Nan/Dani)