Peran Industri dalam Melahirkan Wirausaha Baru Wastra Indonesia bersama Program PKW

Peran Industri dalam Melahirkan Wirausaha Baru Wastra Indonesia bersama Program PKW

Lamongan, Ditjen Vokasi PKPLK - Keterlibatan industri dalam pelaksanaan Program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) Kerja Sama Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) dengan Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) adalah ujung tombak. Setelah program tersebut dibuka pada Selasa (7-10-2025), industri kreatif terkemuka seperti Tenun Ikat Paradila pun turut aktif dalam pembelajaran tenun khas Lamongan. 


Pemilik Tenun Ikat Paradila, Miftahul Khoiri, melihat generasi muda Lamongan yang yang mulai memudar untuk melestarikan kain khas Lamongan ini. Menurutnya, hal tersebut pun ditangkap pemerintah, salah satu strateginya adanya program PKW ini.


“Saya pertama kali dilibatkan kegiatan program PKW dan merasa sangat bangga bisa menjadi tempat untuk mengajar anak-anak di bidang tenun ikat Lamongan,” ungkap Miftah.


Sebagai pendiri tenun ikat khas Lamongan, Miftah ingin anak-anak di Desa Pengarengan terus melestarikan tenun ini. Berdasarkan penjelasannya, tenun ikat Lamongan adalah identitas bangsa karena menampilkan motif-motif khas Lamongan seperti ikan ataupun tanaman-tanaman. Terutama di generasi ketiga, Tenun Ikat Paradila  melakukan kolaborasi antara tenun songket dan dolby yang sulit ditiru mesin.


“Saya sangat berharap program ini tidak membuat anak-anak muda hanya menjadi tenaga kerja, tetapi juga menjadi pengusaha tenun. Jadi bosnya,” terang Miftah. 


Afida Batik Ajarkan Membatik Masyarakat Samin


Tak hanya di Lamongan, Afidah selaku pelaku usaha batik khas Bojonegoro yaitu Afida Batik pun mengambil bagian dalam mengajar peserta didik PKW di masyarakat Samin. Batik yang diperkenalkan adalah batik khas Samin. Menurut Afidah, hal ini adalah cara dia bisa melestarikan batik Samin, terutama ke generasi muda agar mereka memiliki kebanggan terhadap tradisi. 


“Saat dapat tawaran dari Dekranasda, saya langsung siap untuk mengajar anak-anak. Saya percaya ilmu itu tidak akan berkurang, justru akan bertambah ketika kita mengajarkan ke orang lain. Ini adalah panggilan hati,” ungkap Afidah. 


Afidah menjelaskan bahwa pembelajaran di Samin sudah berlangsung sejak tanggal 2 Oktober 2025. Ia melihat masih banyak anak-anak masyarakat Samin yang ingin belajar membatik. Dalam pembelajaran, Afidah mengajari dua jenis batik, yaitu batik tulis dan batik cap. Materi ini merupakan materi penting terutama bagi perajin batik pemula.


Afidah bercerita, “Antusias anak-anak luar biasa, itulah alasan saya untuk selalu semangat juga mengajar. Mereka mengikuti setiap instruksi maupun pakem dalam membatik.”


Di sisi lain, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus, Kemendikdasmen, Tatang Muttaqin, menyampaikan bahwa kerja sama untuk program PKW melibatkan berbagai pihak, termasuk industri.


“Melalui keterlibatan semua pihak, program PKW antara Kemendikdasmen dan Dekranas dapat berjalan dengan baik sehingga mampu menghadirkan wirausahawan baru yang mandiri dan melestarikan budaya,” ujar Tatang dalam sambutannya pada Pembukaan Pelaksanaan Program PKW Kerja Sama Kemendikdasmen dengan Dekrasanas pada 7 Oktober 2025. (Zia/NA)