Program “Si Patas”, Gerak Cepat Pemda Banyumas Mengentaskan ATS
Banyumas, Ditjen Vokasi PKPLK - Pemerintah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah mengambil langkah strategis dalam upaya memperluas akses pendidikan bagi seluruh warganya melalui program “Si Patas” atau Semangat Penanganan Anak Tidak Sekolah. Program yang diluncurkan beberapa waktu lalu ini merupakan inisiatif Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas sebagai bagian dari percepatan penanganan anak usia sekolah tidak sekolah (ATS).
Program ini sekaligus mendukung Program Wajib Belajar 13 Tahun yang menjadi salah satu program Kemendikdasmen. Lebih dari itu, program Si Patas juga sebagai wujud kehadiran pemerintah dalam mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua.
Joko Wiyono, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas mengatakan bahwa terdapat 13 ribu lebih ATS di kabupaten tersebut, baik karena putus sekolah, tidak melanjutkan pendidikan, maupun belum pernah mengenyam bangku sekolah. Melalui Si Patas, anak-anak tersebut akan menjadi fokus utama program intervensi berbasis kolaborasi lintas sektor.
“Kami mengajak semua pihak untuk mendukung agar seluruh warga Banyumas mendapat kesempatan pendidikan. Ini bentuk nyata kehadiran negara demi terwujudnya education for all,” kata Joko Wiyono ketika diwawancara beberapa waktu lalu.
Wiyono mengungkapkan program Si Patas merupakan sebuah gerakan kolektif Banyumas untuk membangun masa depan yang lebih terang melalui pendidikan. Ini merupakan sebuah langkah nyata mewujudkan prinsip tanpa ada satu anak pun tertinggal dalam pendidikan. Ia juga mengungkapkan dengan kolaborasi ekosistem pendidikan yang selama ini sudah dibangun di kabupaten tersebut, Si Patas akan menjadi sebuah program strategis mengentaskan ATS.
“Berangkat dari Dapodik Kemendikdasmen, Tim Si Patas yang merupakan gabungan beberapa elemen dalam ekosistem pendidikan akan turun langsung ke kecamatan, desa bahkan langsung dari pintu ke pintu untuk melakukan edukasi pendidikan,” katanya.
Ia mengungkapkan, banyak yang menyebabkan anak putus sekolah, bisa jadi karena faktor ekonomi, faktor orang tua, atau faktor dari anak itu sendiri. Persoalan-persoalan tersebut akan coba diurai melalui pemanfaatan Si Patas dan gerakan yang akan dilakukan oleh tim tersebut. Wiyono mengungkapkan ekosistem pendidikan di Banyumas sangat mendukung karena kolaborasi di dalamnya sudah terbangun selama ini dan banyak mitra atau kolaborator yang akan terlibat.
“Kolaborasi kita sudah terbangun di sini. Yang mengedukasi soal pendidikan tidak hanya dari Dinas Pendidikan, tapi juga dari Babinsa, dari Puskesmas, bahkan dari kampus. Kita menyampaikan kepada masyarakat bahwa negara harus hadir untuk memperluas akses pendidikan. Ini disambut baik oleh para mitra dan kolaborator,” terangnya sembari mengatakan bahwa pemerintah Kabupaten Banyumas konsisten pada prinsip education for all.
“Semua harus mendapat pendidikan. Ke depan selain sekolah formal, ATS akan kita arahkan ke SKB dan PKBM. SKB sebagai garda terdepan pendidikan nonformal di Banyumas juga sudah sudah melakukan langkah-langkah pendekatan seperti Si Patas itu dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional,” terang Wiyono.
Ia juga mengungkapkan program ini tidak bisa berdiri sendiri. Selain peran pemerintah dan satuan pendidikan, harus ada peran lain yang mendukung pengentasan ATS.
“Sejauh ini, kita sudah menggaet berbagai pihak untuk terlibat. Babinsa, Puskesmas, BNN, akademisi dari Universitas, dan tokoh masyarakat, semua turut terlibat aktif” tutup Wiyono. (Esha/Dani)