“Sanggar Anak Alam”, Sekolah Tanpa Sekat Membuat Murid Nyaman Belajar Sesuai Minat
Bantul, Ditjen Vokasi PKPLK – Sekolah menjadi salah satu tempat yang tepat untuk belajar. Sebagaimana mestinya, sekolah diharapkan bisa menjadi tempat yang nyaman bagi murid mengembangkan minat, bakat, dan rasa keingintahuannya terkait lingkungan dan kehidupan sekitar.
Di tengah hiruk-pikuk pendidikan formal dengan ciri khas akademis, Sanggar Anak Alam (Salam) hadir sebagai tempat yang nyaman dengan ciri khas pendidikan berbasis minat siswa. Sekolah yang terletak di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta ini menawarkan pendekatan pendidikan yang cukup berbeda dari kebanyakan sekolah. Sekolah tanpa pagar tinggi dan tekanan akademis yang sama, setiap siswa diberikan kebebasan untuk belajar sesuai dengan minatnya masing-masing.
Sanggar yang didirikan oleh Sri Wahyaningsih dan Toto Rahardjo ini mengusung sekolah alam yang memberikan ruang untuk murid melakukan eksperimen dan eksplorasi lingkungan di sekitarnya sebagai media untuk belajar, tumbuh, dan berkembang. Di tempat ini, murid berproses untuk menemukan potensi yang dimiliki, mempelajari potensinya, dan mengembangkan potensi tersebut hingga mereka memiliki kesadaran bahwa potensi yang dimiliki berguna untuk kesejahteran diri sendiri dan sekitarnya.
Sri Wahyaningsih menyampaikan bahwa dengan memanfaatkan lahan dan fasilitas yang ada, murid bebas berekspresi, berdiskusi, dan bergerak. Kenyamanan belajar menjadi prinsip utama yang dijaga oleh Salam. Setiap anak diberi ruang untuk mengeksplorasi hal-hal yang mereka sukai, mulai dari seni, bertani, memasak, kerajinan tangan, hingga sains dan teknologi.
“Mereka tidak dipaksa harus pandai dalam semua bidang, tetapi diarahkan untuk mengenali kekuatan dirinya sendiri. Dari situ, proses belajar menjadi lebih menyenangkan dan bermakna,” ucap Sri Wahyaningsih.
Dalam proses pendidikannya, terdapat empat pilar yang selalu diterapkan dalam pembelajaran sehari-hari, yakni pangan, kesehatan, lingkungan hidup, dan sosial budaya.
“Anak-anak tidak perlu ditekan untuk belajar hal yang sama. Jika mereka nyaman dan merasa dihargai, mereka akan menemukan cara terbaik untuk memahami dunia,” ujar Sri Wahyaningsih.
Belajar Mengasyikkan Sesuai Minat
Yang membuat Sanggar Anak Alam istimewa adalah pembelajaran berbasis minat. Kearifan lokal juga menjadi bagian integral dari sistem pendidikan di Salam. Anak-anak diajak memahami budaya, tradisi, serta nilai-nilai kehidupan masyarakat sekitar. Misalnya, kegiatan bertani bukan hanya praktik pertanian, tetapi juga pelajaran tentang kerja sama, ketekunan, dan menghargai hasil bumi. Tak jarang mereka belajar langsung dari warga desa yang dijadikan narasumber hidup.
Orang tua turut dilibatkan aktif dalam kegiatan sekolah. Mereka bukan hanya pengantar anak, tetapi juga menjadi bagian dari komunitas belajar. Konsep ini membangun iklim pendidikan yang hangat, partisipatif, dan saling mendukung antarwarga sekolah.
Prabowo Bagas, siswa kelas IX Sanggar Anak Alam, menyampaikan bahwa proses pembelajaran di sekolah sangat menyenangkan. Ia menemukan kenyamanan dalam proses belajar. Salam tidak hanya menjadi ruang untuk belajar, tetapi juga menjadi ruang untuk berkarya dan mengembangkan diri tanpa takut dihakimi.
“Nyaman sekali di sini, karena belajar di sini kami bebas untuk menentukan satu objek yang ingin kami angkat. Kami belajar tanggung jawab untuk menyelesaikan objek yang sudah dipilih untuk kemudian dipresentasikan dan dievaluasi. Saking nyamannya, ketika libur pun kami sedih dan ingin tetap masuk,” ucap Bagas.
Meskipun tidak menekankan ujian atau nilai raport, bukan berarti Sanggar Anak Alam abai terhadap kualitas pembelajaran. Evaluasi dilakukan secara naratif, lewat portofolio dan refleksi berkala yang menampilkan capaian serta perkembangan personal setiap siswa. Pendekatan ini justru memotivasi anak untuk berkembang tanpa rasa takut gagal.
Sanggar Anak Alam menunjukkan bahwa pendidikan tidak harus kaku dan seragam. Dengan menciptakan ruang belajar yang nyaman, fleksibel, dan berpihak pada anak, Salam memberikan bukti bahwa sekolah bisa menjadi tempat yang membahagiakan. (Aya/Dani)