Sekolah berbasis Asrama, SMKN Jateng jadi Peluang Emas bagi Anak Kurang Mampu
Semarang, Ditjen Vokasi PKPLK – Pendidikan adalah hak setiap warga negara Indonesia. Dengan pendidikan, setiap dari kita memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan belajar banyak hal. Ilmu-ilmu yang didapatkan melalui pendidikan dapat menjadi bekal dalam meningkatkan kualitas hidup di masa depan.
Di tengah perkembangan dunia pendidikan, SMKN Jateng, Semarang, Jawa Tengah hadir sebagai oase harapan bagi anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu. Mengusung konsep sekolah berbasis asrama, SMKN Jateng memberikan pendidikan gratis lengkap dengan berbagai fasilitas. Dengan didanai penuh oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, SMKN Jateng menyasar 100% siswa dari keluarga tidak mampu dan membekali mereka dengan kompetensi teknis (hard skill), karakter (soft skill), serta jiwa kewirausahaan. Inisiatif ini menjadi peluang emas bagi siswa kurang beruntung untuk mengubah masa depan mereka melalui jalur pendidikan.
Dalam menyiapkan bibit-bibit terbaiknya, SMKN Jateng menerapkan sistem pembelajaran yang mengintegrasikan kebutuhan industri dengan pengembangan karakter siswa. Program teaching factory yang sedang dikembangkan juga memberikan pengalaman kerja langsung kepada siswa melalui proyek dan pesanan riil dari masyarakat. Program Praktik Kerja Lapangan (PKL) dirancang dengan mempertimbangkan kondisi siswa yang tinggal di asrama dan berasal dari keluarga tidak mampu. Konsentrasi Keahlian atau Jurusan Teknik Pemesinan, misalnya, bekerja sama dengan delapan industri di Semarang untuk memastikan kemudahan transportasi dan akomodasi siswa. Beberapa perusahaan bahkan memberikan uang saku, makan, hingga fasilitas magang yang layak.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kehumasan, Zanuar Nurwahyudi, menyampaikan bahwa hampir seluruh lulusan terserap ke dunia kerja. Sebagian yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi juga difasilitasi melalui beasiswa, seperti Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K) atau ikatan dinas.
“Sekolah ini memiliki beberapa kelas industri yang bekerja sama dengan perusahaan besar, seperti Komatsu, PT Buma, dan PT SUA. Kolaborasi ini tidak hanya memperkuat kemampuan teknis siswa sesuai jurusan, tetapi juga menjamin akses kerja yang lebih cepat,” ucap Zanuar.
Ketua Program Keahlian Teknik Elektronika Industri, Nanang Eko Nugroho, menjelaskan bahwa siswa diberi ruang untuk bereksperimen, menciptakan produk, hingga menjalankan usaha kecil seperti menjual gantungan akrilik dan membuka mini coffee shop saat acara sekolah.
“Para siswa tidak hanya belajar dari guru, namun juga dari alumni dan praktisi industri yang terlibat langsung sebagai instruktur di kelas industri. Bahkan, beberapa lulusan yang berhasil di dunia kerja, kembali ke sekolah sebagai pengajar atau mentor. Ini menciptakan ekosistem belajar yang berkelanjutan dan berbasis pengalaman,” jelas Nanang.
Seleksi Ketat dan Fokus pada Siswa Tidak Mampu
Siswa-siswa yang diterima di sekolah ini berasal dari keluarga prasejahtera yang tersebar dari berbagai penjuru Jawa Tengah. Mereka diseleksi secara ketat, tidak hanya berdasarkan kemampuan akademik, tetapi juga kondisi sosial ekonomi keluarga. SMKN Jateng menerapkan sistem seleksi yang tidak hanya mengandalkan nilai akademik, tetapi juga memperhitungkan indikator kemiskinan secara detail, seperti status rumah, kondisi bangunan, hingga status pekerjaan orang tua. Visitasi ke rumah calon siswa dilakukan untuk memastikan data yang diberikan sesuai dengan kenyataan.
Dengan pendekatan ini, sekolah benar-benar menjadi milik siswa dari keluarga tidak mampu. Bahkan seluruh kebutuhan siswa seperti seragam, makan, tempat tinggal, dan pendidikan dibiayai oleh APBD Jawa Tengah. SMKN Jateng di Semarang menjadi contoh konkret bagaimana pendidikan bisa menjadi alat efektif untuk keluar dari jerat kemiskinan. Dengan pendekatan menyeluruh yang menggabungkan kejuruan, karakter, dan kewirausahaan, sekolah ini membentuk lulusan yang tidak hanya siap kerja, tetapi juga mampu menjadi penggerak ekonomi di lingkungannya.
Model seperti ini layak direplikasi lebih luas, terutama di daerah-daerah dengan angka kemiskinan tinggi. SMKN Jateng bukan hanya menghadirkan teknisi atau pekerja industri, tetapi juga membentuk generasi baru yang kuat secara karakter dan mandiri secara ekonomi. (Aya/Dani)