Wujud Keanggunan, SMKN 6 Yogyakarta Tampilkan Karya Murid di Bandara YIA

Wujud Keanggunan, SMKN 6 Yogyakarta Tampilkan Karya Murid di Bandara YIA

Yogyakarta, Ditjen Vokasi PKPLK - Dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional, SMKN 6 Yogyakarta menyelenggarakan peragaan busana istimewa yang berlangsung di Yogyakarta International Airport (YIA) (02-10-2025). Acara ini menampilkan karya murid dari Konsentrasi Keahlian Tata Busana (Desain dan Produksi Busana) yang telah melalui proses pembelajaran berbasis praktik dan industri.

Peragaan busana tersebut menampilkan karya-karya bertema batik dengan sentuhan modern dalam balutan branding “ANANTARI”, yang secara harfiah mengandung makna keanggunan, kelembutan, dan kontinuitas dalam berkarya. Kegiatan ini menjadi panggung bergengsi bagi para murid untuk menampilkan kreativitas dan inovasi mereka di hadapan khalayak luas, termasuk wisatawan domestik dan internasional yang melintas di Bandara YIA.

Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara SMKN 6 Yogyakarta dengan YASMIN BUTIK & BATIK Yogyakarta, serta diselenggarakan atas dukungan Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta dan manajemen Yogyakarta International Airport (YIA). Kolaborasi ini sekaligus menjadi implementasi nyata dari konsep teaching factory (Tefa), di mana murid belajar langsung melalui praktik industri nyata.

Kepala SMKN 6 Yogyakarta, Mujari, menyampaikan apresiasi yang tinggi terhadap pencapaian para siswa dan tim pengajar. Menurutnya, hal ini merupakan bukti nyata bahwa kreativitas dan keterampilan murid SMKN 6 Yogyakarta mampu bersaing di level nasional bahkan internasional.

“Kami sangat bangga bisa menampilkan karya anak-anak bangsa di ruang publik strategis seperti bandara internasional. Semoga ini menjadi motivasi bagi seluruh siswa untuk terus berkarya dan mencintai warisan budaya Indonesia,” ungkapnya.

Cerita di Balik Peragaan Busana

Di balik keberhasilan para murid dalam menampilkan karya terbaiknya, terdapat peran penting para guru pendamping yang dengan penuh dedikasi membimbing proses kreatif mereka. Dua sosok pengajar yang menjadi pilar utama dalam kegiatan ini adalah Partini dan Sri Wahyuningsih. Keduanya tidak hanya memberikan arahan teknis dalam hal desain dan produksi busana, tetapi juga turut membentuk kepercayaan diri serta rasa cinta terhadap budaya lokal pada diri murid. 

Dengan pengalaman dan kepedulian mereka, proses pembelajaran di kelas berhasil diterjemahkan menjadi karya nyata yang membanggakan di panggung peragaan busana berskala publik ini.

Lebih dari sekadar peragaan busana, kegiatan ini membawa pesan kuat mengenai pelestarian budaya dan kebanggaan terhadap produk lokal. Pemilihan motif batik sebagai tema utama menunjukkan komitmen SMKN 6 Yogyakarta dalam menanamkan nilai-nilai budaya kepada peserta didik serta mendukung industri kreatif berbasis kearifan lokal.

Sebagai sekolah yang ditunjuk sebagai Tefa Kolaborasi tahun 2025, SMKN 6 Yogyakarta membuktikan komitmennya untuk terus menjalin kerja sama aktif dengan dunia industri. Kegiatan seperti ini menjadi langkah awal yang positif untuk membekali murid dengan pengalaman nyata yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja.

Dengan semangat Hari Batik Nasional, peragaan busana ini tidak hanya menjadi ajang unjuk karya, tetapi juga sarana untuk memperkenalkan batik sebagai warisan budaya dunia kepada masyarakat global — langsung dari jantung kebudayaan Indonesia, Yogyakarta. (Doni TP/Zia/NA)