SKB Kota Yogyakarta, Harapan Baru lewat Pendidikan Kesetaraan

SKB Kota Yogyakarta, Harapan Baru lewat Pendidikan Kesetaraan

Yogyakarta, Ditjen Diksi PKPLK – Tidak salah Yogyakarta dijuluki sebagai “Kota Pelajar”. Selain karena banyak ruang-ruang pendidikan, kota ini terus melahirkan kisah-kisah inspiratif dunia pendidikan, termasuk soal inklusifitas dan keragaman. Kisah-kisah ini juga hadir dari Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kota Yogyakarta. SKB ini pada pada tahun 2025 berhasil meluluskan 392 peserta didik dari berbagai program (44 murid Paket C, 34 murid Paket B, dan 3 murid Paket A). Capaian ini menjadi bukti nyata kontribusi SKB dalam memperluas akses pendidikan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di daerah.


Bukan sekadar lembaga pendidikan kesetaraan, SKB Kota Yogyakarta telah dikenal dengan layanannya yang merangkul berbagai kalangan. Selain kelas reguler, tersedia pula kelas karyawan, kelas di pondok pesantren, serta program untuk warga binaan di Rutan, Bapas, Lapas, Lapas Narkotika, hingga LPKA. Dengan pendekatan ini, SKB membuktikan komitmennya bahwa “pendidikan adalah hak setiap orang, tanpa terkecuali”.




Kepala SKB Kota Yogyakarta, Sudijarto, mengungkapkan bahwa SKB Yogyakarta mempunyai prinsip melayani peserta didik tanpa terkecuali.


“Kami percaya bahwa pendidikan adalah hak setiap individu, tanpa memandang latar belakang atau kondisi mereka,” ujar Sudijarto.


Kisah Inspiratif Para Lulusan


Di balik angka 392 lulusan yang berhasil diraih SKB Kota Yogyakarta tahun ini, tersimpan kisah-kisah inspiratif peserta didik yang menunjukkan betapa pendidikan mampu mengubah arah hidup seseorang. Salah satunya datang dari Azka Wijaya Hutapea, pemuda berusia 27 tahun yang sempat terhenti pendidikannya sejak duduk di bangku SMK kelas dua pada 2017. 


Bertahun-tahun Azka harus menunda mimpinya, hingga akhirnya ia menemukan jalan kembali lewat Program Paket C di SKB. Biaya yang terjangkau dan fleksibilitas kelas karyawan membuatnya bisa tetap belajar meski harus bekerja sebagai pedagang kopi keliling. 


“Di SKB Yogyakarta saya tidak hanya belajar akademik. Saya juga memperoleh keterampilan tata boga, tata busana, hingga teknologi informasi. Bagi saya SKB bukan sekadar tempat belajar, tetapi ruang yang memberinya kesempatan untuk menata masa depan,” kata Azka tentang pengalaman belajar di SKB Yogyakarta.


Lain cerita Adela Putri Purnama Sari, remaja 18 tahun itu sempat putus sekolah akibat perundungan. Namun, kini Adela membuktikan bahwa jalur nonformal bukanlah jalan buntu. Ia berhasil menembus perguruan tinggi dan diterima di Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Sebelas Maret, sebuah pencapaian yang menjadi bukti nyata bahwa pendidikan kesetaraan pun membuka peluang yang sama. Rasa percaya dirinya sempat runtuh karena perundungan. Namun, SKB menghadirkan suasana baru, teman-teman yang hangat, lingkungan belajar yang aman, serta motivasi untuk kembali bersemangat.




“Saya merasa lebih nyaman belajar di sini (SKB), karena bertemu dengan teman-teman yang hangat sama saya. Saya jadi semangat lagi melanjutkan pendidikan yang sempat tertunda," ujar Adela.  


Kisah inspiratif juga datang dari kalangan profesional seperti Pak Gito, seorang pegawai negeri sipil di Dinas Lingkungan Hidup Yogyakarta. Setelah lulus SMP pada 1986, pendidikan formalnya terhenti. Baru puluhan tahun kemudian, ia memutuskan menempuh Paket C di SKB. Rasa canggung sempat menghampiri karena sudah lama tak belajar, namun berkat dukungan keluarga dan fleksibilitas kelas daring, ia berhasil menyesuaikan diri. Tiga tahun perjalanan belajarnya terbayar lunas saat ia meraih ijazah kesetaraan. Bagi Pak Gito, pencapaian ini bukan hanya tentang kelulusan, tetapi juga membuka peluang pengembangan karier di instansinya.




Azka, Adela, hingga Pak Gito hanyalah sebagian kecil dari banyak cerita yang lahir di SKB Kota Yogyakarta dan SKB di daerah-daerah lain. Mereka menunjukkan bahwa pendidikan bisa hadir di segala usia, menembus segala keterbatasan, dan selalu menawarkan harapan baru. SKB menjadi ruang yang menyatukan mimpi-mimpi yang sempat tertunda, mengembalikan keyakinan, serta membuka pintu masa depan yang lebih cerah bagi siapa saja yang berani melangkah. (Yes/Esha/NA)