Ini Alasan Penerjemah Bahasa Isyarat Mengenakan Baju Hitam Saat Bertugas

Ini Alasan Penerjemah Bahasa Isyarat Mengenakan Baju Hitam Saat Bertugas

Jakarta, Ditjen Vokasi PKPLK - Kehadiran juru bahasa isyarat atau JBI saat ini semakin banyak dibutuhkan di berbagai instansi, seperti stasiun televisi maupun instansi pemerintah seperti kepolisian. Kehadiran JBI menjadi upaya penyebaran informasi yang lebih inklusivitas, utamanya untuk teman-teman berkebutuhan khusus. 


Penggunaan JBI sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, di mana layanan bahasa isyarat merupakan hak yang harus dijamin oleh negara.


Aksesibilitas ini sangat penting untuk dipenuhi karena mereka berhak mendapatkan informasi yang setara dengan orang non-disabilitas. JBI merupakan jembatan penghubung komunikasi bagi Teman Tuli, baik dengan sesama Tuli maupun dengan Teman Dengar.


Secara sederhana, seorang JBI bertugas untuk menerjemahkan bahasa lisan atau penutur ke bahasa isyarat dan sebaliknya. Umumnya, JBI akan menerjemahkan setiap kata atau mencari padanannya agar informasi yang disampaikan dapat diterima oleh teman-teman tunarungu dengan jelas dan kontekstual. 


Dalam melaksanakan tugasnya, seorang JBI selain harus menguasai bahasa isyarat. Selain itu, mereka ternyata terikat dengan sejumlah kode etik dalam bertugas, salah satunya terkait dengan kode etik dalam berpakaian saat bertugas.


Jika kita perhatikan, dalam setiap tugasnya, seorang JBI akan selalu menggunakan busana berwarna gelap, yakni hitam atau biru tua.  Penggunaan busana berwarna gelap ternyata memiliki alasan tersendiri. 


Ratih Dwi, guru Bahasa Indonesia dari Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) 1 Jakarta mengatakan bahwa penggunaan busana berwarna hitam bagi JBI saat bertugas berfungsi untuk mengurangi distraksi dari audien. 


“Kalau kita menggunakan pakaian yang bermotif, takutnya akan mengganggu fokus dari audien yang merupakan Teman Tuli," kata Ratih Dwi yang juga merupakan seorang juru bahasa isyarat. 


Menurut Ratih Dwi, saat menyampaikan bahasa isyarat, fokus audiens harus diarahkan pada gerak tangan. Penggunaan warna yang cerah, terlebih busana bermotif, dikhawatirkan akan mengganggu fokus audiens, utamanya Teman Tuli dalam menangkap bahasa isyarat yang sedang disampaikan. 


Selain itu, tidak hanya dengan gerak tangan, seorang JBI juga biasanya menggunakan ekspresi mimik wajah agar pesan yang disampaikan lebih mudah. Penggunaan busana bermotif dan juga warna cerah juga ditakutkan akan mengganggu konsentrasi dari Teman Tuli.


Masih menurut Ratih Dwi, seorang JBI saat bertugas juga sebaiknya tidak memakai perhiasan atau aksesoris yang dapat mengalihkan perhatian insan tuli saat menerjemahkan bahasa isyarat. 


“Jadi, sebaiknya juga jangan memakai gelang, kalung, atau jam tangan yang berlebihan,” tambah Ratih Dwi. (Nan/Dani)