Libatkan Partisipasi Masyarakat, SLBN 1 Slawi Segera Miliki Ruang Pembelajaran Khusus bagi Tunagrahita dan Tunarungu

Libatkan Partisipasi Masyarakat, SLBN 1 Slawi Segera Miliki Ruang Pembelajaran Khusus bagi Tunagrahita dan Tunarungu

Tegal, Ditjen Vokasi PKPLK - Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2025 membawa kebahagiaan tersendiri bagi Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Slawi, Tegal, Jawa Tengah. Satu-satunya SLB di Kabupaten Tegal ini akan segera memiliki ruang pembelajaran khusus untuk tunarungu dan tunagrahita melalui program Perbaikan Sarana dan Prasarana Pendidikan (PSPP) yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen).


SLBN Slawi menjadi salah satu dari 156 SLB yang mendapatkan bantuan dana program Perbaikan Sarana dan Prasarana Pendidikan. Melalui program tersebut, sekolah ini akan segera memiliki ruang pembelajaran khusus untuk tunarungu dan tunagrahita. 


Secara simbolik, acara peletakan batu pertama atau groundbreaking pembangunan ruang pembelajaran khusus tersebut berlangsung Jumat (2-5-2025) di SLBN Slawi. Acara tersebut  ditandai dengan penyerah helm dan jaket proyek dari Direktur Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus (PKPKL), Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi PKPLK, Saryadi, kepada Kepala SLBN Slawi, Ninik Basri Martini. 


Direktur PKPKL, Saryadi, dalam sambutannya berharap pembangunan ruang pembelajaran khusus ini dapat berjalan dengan lancar dan memberikan dampak nyata pada peningkatan layanan pendidikan khusus bagi masyarakat, utamanya di wilayah Tegal dan sekitarnya. 




“Semoga pembangunan cepat terealisasi sehingga sekolahnya semakin bagus, anak-anak semakin semangat dan terlayani dengan baik karena memiliki tempat belajar yang lebih memadai," kata Saryadi.


Saryadi juga mengajak semua pihak untuk turut mendukung dan menyukseskan program revitalisasi di SLBN Slawi. Terlebih, keberadaan SLBN Slawi selama ini telah banyak memberikan manfaat melalui pelayanan pendidikan khusus bagi anak-anak disabilitas di wilayah Tegal dan sekitarnya. 


“Kita sukseskan agenda revitalisasi ini sehingga layanan untuk anak-anak di Tegal dan sekitarnya ini bisa mendapatkan pelayanan terbaik,” tambah Saryadi.


Pembelajaran lebih nyata 


Kepala SLBN Slawi, Ninik Basri Martini, mengatakan bahwa sekolahnya mendapat bantuan untuk pembangunan ruang pembelajaran khusus serta pembangunan kantin sekolah.  Ruang pembelajaran khusus ini akan digunakan sebagai ruang Bina Diri untuk anak-anak tunagrahita serta ruang Bina Wicara untuk anak tunarungu. 


"Alhamdulillah, kami akan sangat terbantu dengan program. Program ini menjawab harapan dan keinginan dari para guru dan orang tua murid agar putra-putri mereka bisa mendapatkan layanan pendidikan terbaik dan menjadi mandiri,” kata Ninik saat acara groundbreaking.



Menurut Ninik, selama ini pembelajaran untuk Bina Diri yang menjadi salah satu kemampuan dasar yang harus dikuasai bagi siswa tunagrahita dilakukan di ruang kelas biasa yang digunakan secara bersama-sama dengan anak ketunaan lainnya.


“Selain tidak efisien, hal ini juga berdampak pada capaian pembelajaran siswa yang menjadi tidak optimal. Karena idealnya ruang bina diri harus dirancang seperti kondisi rumah pada umumnya. Anak belajar mengancingkan baju, belajar memakai baju, memegang pisau, dan sebagainya,” terang Ninik.


Hal yang sama juga terjadi dengan siswa tunarungu. Selama ini, para siswa tunarungu tidak memiliki ruangan khusus yang semestinya dirancang sebagai ruangan kedap suara. Mereka harus bergantian ruangan bahkan belajar bersama anak tunagrahita.


“Anak tunarungu menjadi tidak fokus karena anak tunagrahita sangat tertarik dengan bunyi-bunyian dan bisa mengganggu konsentrasi anak tunarungu,” Ninik menambahkan.




Sementara terkait dengan kantin, menurut Ninik, selain sekolah memang belum memiliki kantin yang membuat anak-anak jajan sembarang, selama ini para orang tua juga tidak memiliki tempat saat menunggu putra-putrinya sekolah. 


“Siswa kami itu dari jauh-jauh sehingga orang tua kasihan untuk bolak-balik dan terkadang memang ada anak yang harus ditunggu oleh orang tua. Kantin bisa menjadi tempat orang tua untuk menunggu agar lebih nyaman dan siswa juga tidak jajan sembarangan di luar sekolah,” ujar Ninik.


Keterlibatan masyarakat


Tidak hanya guru yang menyambut baik program ini, sebagai perwakilan orang tua murid dan masyarakat, Ketua Komite Sekolah SLBN Slawi, M. Tri Jazuli, mengatakan bahwa sejak awal pihak komite sudah dilibatkan dalam rencana pembangunan ruang pembelajaran khusus ini. Bahkan, usulan adanya ruang pembelajaran termasuk kantin tidak lepas dari usulan wali murid


“Kami ingin anak kami bisa mendapatkan pelayanan pendidikan khusus yang terbaik. Para orang tua juga bisa nyaman selama menunggu putra-putrinya bersekolah,” kata Tri Jazuli yang mengaku senang terlibat dalam program ini.




Bersama kepala sekolah, komite juga sudah membahas rencana pembangunan ruang pembelajaran khusus yang rencananya akan memanfaatkan lahan yang saat ini difungsikan sebagai area parkir. 


“Untuk pekerjanya kami juga sudah membicarakan dengan pelaksana yang akan melibatkan warga-warga di sekitar sini atau bahkan orang tua siswa agar ada rasa memiliki,” terang Tri. (Nan/Dani)