Mengenal Wayang Kali, Produk Literasi TBM Rumah Belajar Ilalang Rembang
Jakarta, Ditjen Vokasi PKPLK - Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Rumah Belajar Ilalang (RBI), Jepara, Jawa Tengah menjadi salah satu peserta dalam pameran Hari Aksara Internasional (HAI) Tahun 2025 yang diselenggarakan Direktorat Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Informal (PNFI), Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus (PKPLK), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) pada 25—27 September 2025. Selain menghadirkan berbagai produk karya peserta belajar, TBM RBI memperkenalkan Wayang Kali sebagai produk literasi TBM tersebut.
“Wayang Kali adalah produk literasi dari TBM RBI yang berbicara tentang ekologi,” kata Muhammad Hasan, Founder TBM RBI sekaligus penggagas Wayang Kali.
Menurut Den Hasan sapaan Muhammad Hasan, Wayang Kali bermula dari projek kegiatan kolektif bernama Balada Kedung yang sudah berlangsung sejak 2014. Dari sana, muncullah media untuk pertunjukan yang mengarah ke ekologi sungai.
Ide Wayang Kali sendiri berakar dari pengalaman hidup Den Hasan di desa, di mana ia banyak berinteraksi dengan sungai-sungai. Salah satunya adalah Kali Gayam yang menjadi salah satu pusat kegiatan Desa Kecapi. Desa Kecapi sendiri merupakan lokasi TBM RBI .
Sayangnya, saat ini banyak sungai di Jepara yang sudah tercemar dan mempengaruhi satwa liar yang hidup di dalam dan sekitarnya. Hal inilah yang kemudian membuat Den Hasan terinspirasi membuat Wayang Kali.
“Saya ingin membangkitkan kesadaran akan pentingnya menjadi lingkungan melalui pendidikan lingkungan yang menyenangkan dengan Wayang Kali ini,” ujar Den Hasan.
Karakter Wayang Kali cukup beragam yang berasal dari sungai, seperti yuyu, wader, ikan kuthuk, ikan lele, udang, dan sebagainya. Den Hasan kemudian terus dikembangkan, hingga akhirnya berjumlah sekitar 20 karakter.
Wayang Kali ini memiliki beberapa poin penting, di antaranya adalah melestarikan tradisi gaya bercerita Indonesia, menyampaikan pesan mengenai pentingnya menjaga lingkungan, dan menunjukkan anak muda Indonesia tidak melupakan budayanya.
Sementara itu, kegiatan Rumah Belajar Ilalang tidak hanya sekadar meningkatkan kemampuan literasi anak dan menumbuhkan kesadaran lingkungan, tetapi juga mengembangkan bakat seni mereka.
Di komunitas tersebut, anak-anak juga diajarkan membatik. Namun, berbeda dengan industri garmen pada umumnya, pewarna yang digunakan dalam kegiatan ini berasal dari bahan alami sehingga bersifat ramah lingkungan. Misalnya, untuk mendapatkan warna merah, mereka menggunakan kayu mahoni dan untuk warna kuning biasanya menggunakan daun ketapang. (Nan/NA)