PKBM Berpeluang menjadi Jembatan Memasuki Ekosistem Pembelajaran Digital

PKBM Berpeluang menjadi Jembatan Memasuki Ekosistem Pembelajaran Digital

Jakarta, Ditjen Vokasi PKPLK - Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), dalam konteks pendidikan nonformal dan pembelajaran sepanjang hayat, sangat strategis untuk menyediakan layanan belajar yang fleksibel dan inklusif. Untuk itu PKBM perlu memanfaatkan teknologi digital untuk mempermudah dan memperluas layanan belajar. Hal tersebut diungkapkan oleh Budi Kurnia selaku pegiat di PKBM Kak Seto dalam webinar seri ketiga yang diselenggarakan Direktorat Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Informal, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, dalam rangka Hari Aksara Internasional (HAI), pada 21 Agustus 2025.


“PKBM dalam era digital punya peluang besar. Tidak hanya sebagai tempat belajar konvensional, tetapi juga sebagai jembatan masyarakat untuk memasuki ekosistem pembelajaran digital dan budaya sepanjang hayat,” terangnya dalam webinar yang bertemakan Tantangan dan Inovasi Penggunaan Teknologi Pendidikan Nonformal di Era Digital tersebut.


Budi mengungkapkan bahwa terdapat perubahan paradigma pembelajaran di era digital, utamanya persoalan fleksibilitas, internatik, kolaboratif, variatif, dan berpusat pada peserta didik. Untuk itu satuan pendidikan harus melakukan perkembangan dan melihat bagaimana perubahan paradigma tersebut, terutama dalam memahami keingin para peserta didik dalam memilih jalur pendidikan mereka. 


“Keinginan si murid untuk menempuh pendidikan nonformal harus disadari betul. Karena tidak semua orang memiliki pilihan untuk menempuh pendidikan formal atau tidak semua orang cocok di pendidikan nonformal, harus sesuai dengan kebutuhan masing-masing,” tegasnya.


Ia mengungkapkan salah satu solusi terbaik yang dilakukan oleh PKBM untuk menghadirkan pendidikan yang menarik bagi murid adalah dengan pembelajaran synchronous learning dan asynchronous. Untuk synchronous learning sendiri, yaitu pembelajaran yang dilakukan secara langsung pada waktu yang sama, meski tidak dilakukan di satu tempat yang sama. Sementara itu, asynchronous learning dilakukan pada waktu yang sama, murid belajar sesuai kecepatan dan waktu masing-masing melalui learning manajemen system (LMS). Hal tersebut terangnya yang dilakukan di PKBM Kak Seto sejak 2016.


“Ada banyak opsi terkait LMS yang dapat digunakan untuk pengaturan manajemen kelas secara digital. PKBM Kak Seto sejak 2016 menggunakan google classroom sebagai LMS. Dalam penggunaannya selalu dilakukan riset untuk mengukur efektivitas penggunaannya,” terang Budi sembari mendorong satuan pendidikan nonformal untuk memanfaatkan berbagai model LSM sebagai jembatan memasuki ekosistem digital. 


Bersamaan dengan Budi, dalam webinar seri ketiga yang diselenggarakan Direktorat PNFI tersebut hadir pula Prof. Syarif Sumantri, selaku Guru Besar Universitas Negeri Jakarta. Dalam webinar tersebut dia memaparkan persoalan bagaimana mendorong eksosistem pendidikan untuk menjadi hyper learner. (Esha/NA)