Revitalisasi SMKN 3 Banda Aceh Jawaban atas Tantangan Minimnya Ruang Praktik Siswa

Revitalisasi SMKN 3 Banda Aceh Jawaban atas Tantangan Minimnya Ruang Praktik Siswa

Banda Aceh, Ditjen Vokasi PKPLK – Pendidikan adalah salah satu pilar kemajuan sebuah bangsa. Dengan pendidikan, sebuah negara bisa menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten guna menghadapi perkembangan zaman yang begitu cepat. 


Kenyamanan dalam belajar adalah hal mutlak yang perlu dihadirkan untuk menghasilkan pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermakna bagi setiap peserta didik. Program Revitalisasi Satuan Pendidikan yang digaungkan oleh pemerintah Indonesia adalah salah satu langkah strategis untuk menghadirkan ruang belajar yang nyaman dan aman. Sejak diluncurkan pada bulan Mei 2025, program ini telah dirasakan manfaatnya oleh satuan pendidikan di berbagai penjuru di tanah air, salah satunya ialah SMKN 3 Banda Aceh. 


Sekolah yang bergerak di bidang hospitality ini terus berkomitmen untuk menyiapkan generasi muda yang berkompeten secara hardskills dan softskills meskipun ruang praktik siswa (RPS) cukup minim. Program Revitalisasi yang didapatkan oleh SMKN 3 Banda Aceh menjadi angin segar bagi warga sekolah khususnya murid dan guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang lebih baik dan berkualitas. 


Kepala SMKN 3 Banda Aceh, Sufriani, menyampaikan bahwa dalam program ini, SMKN 3 Banda Aceh mendapatkan bantuan untuk membangun RPS Usaha Layanan Pariwisata, RPS Tata Busana, UKS, Ruang Osis, dan Toilet. Sufriani juga menuturkan untuk Konsentrasi Keahlian Tata Busana adalah bidang yang memiliki murid paling banyak sehingga keterbatasan RPS menyebabkan para murid harus bergantian menggunakan RPS tersebut. Berbeda dengan Tata Busana, untuk murid Konsentrasi Keahlian ULP selama ini tidak memiliki RPS yang standar. RPS yang tersedia saat ini adalah ruang kelas biasa yang kemudian ditata seperti RPS. Program ini diharapkan akan semakin memperkuat kualitas pembelajaran sehingga bisa mendekatkan dengan industri terkait.


“Sebagai sekolah kejuruan, RPS menjadi hal penting dalam praktik pembelajaran. Kami selalu berusaha untuk menghadirkan pembelajaran yang baik meskipun kurang memadai. Dengan adanya program ini semoga para murid bisa lebih semangat lagi dalam belajar,” ucap Sufriani. 


Salah satu guru SMKN 3 Banda Aceh, Muhajir, menerangkan bahwa pembangunan RPS dan beberapa fasilitas lainnya akan berdampak pada kualitas pembelajaran dan kegiatan yang ada di SMKN 3 Banda Aceh. Untuk memastikan bahwa ruang dibangun sesuai dengan standar RPS, para guru juga ikut terlibat dalam penyusunan desain agar hasilnya sesuai yang diharapkan.


“Kita memang tidak ada RPS ULP, bahkan UKS pun harus jadi satu dengan ruang BK. Ini adalah mimpi kami yang jadi kenyataan. Semoga setelah ini selesai dibangun anak-anak bisa jadi lebih semangat belajarnya,” ucap Muhajir.


Bagi murid, kehadiran RPS baru tentu menjadi harapan besar dalam pengalaman pembelajarannya kelak. Karmila, murid kelas XII ULP SMKN 3 Banda Aceh mengungkapkan kegembiraannya saat mendengar bahwa sebentar lagi sekolah tempatnya belajar akan memiliki RPS ULP. Ia mengaku selama ini belum pernah merasakan belajar di RPS ULP yang standar. Menurutnya RPS ULP yang standar adalah ruangan yang bisa menyerupai miniatur ULP sesungguhnya. Untuk memberikan gambaran di tengah keterbatasan ruang praktik, para murid diajak untuk belajar di tempat-tempat wisata, museum, dan tempat-tempat lainnya. 


“Saya sangat senang akhirnya bisa memiliki RPS ULP yang layak. Meskipun nanti saya hanya bisa merasakan RPS tersebut selama beberapa bulan saja setidaknya adik-adik kelas saya bisa mendapatkan ruang belajar yang layak dan nyaman,” ucap Karmila. 


Proses pembangunan tidak hanya membawa angin segar bagi warga sekolah, tetapi juga tukang bangunan yang terlibat beserta UMKM di sekitar sekolah. Dodi, mengaku senang dengan adanya Program Revitalisasi Satuan Pendidikan, warga sekitar yang berprofesi sebagai tukang dan para penjual makanan ikut mendapatkan rezeki. Melalui program ini, SMKN 3 Banda Aceh tidak hanya memperbaiki infrastruktur saja, tetapi juga membangun semangat bersama untuk semakin berdaya dalam meningkatkan kualitas pendidikan kejuruan di Banda Aceh. 


“Meskipun kita tidak belajar di sini, kami senang karena bisa terlibat dalam menyiapkan bangunan yang berarti untuk para murid. Mungkin ini adalah harapan besar mereka yang selama ini diimpikan. Semoga setelah selesai proses pembangunan, ruangan-ruangan ini bisa menjadi tempat yang nyaman untuk belajar,” ucap Dodi. (Aya/NA)