SKB Ajibarang Tumbuhkan Kepercayaan Masyarakat pada Pendidikan Nonformal

SKB Ajibarang Tumbuhkan Kepercayaan Masyarakat pada Pendidikan Nonformal

Ajibarang, Ditjen Vokasi PKPLK - Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Ajibarang, sebagai lembaga pendidikan nonformal, memiliki posisi strategis untuk memperluas akses, memperdalam kualitas, dan memperkaya bentuk pembelajaran di luar sistem persekolahan formal kecamatan di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. SKB dengan total peserta didik sekitar 189 orang ini terbukti mampu menggaet minat masyarakat untuk bergabung dalam pendidikan nonformal.




Kepala SKB Ajibarang, Slamet Sularto, mengungkapkan bahwa keterlibatan ekosistem pendidikan di daerah sekitar sekolah tersebut menjadi kunci untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan nonformal. Upaya-upaya untuk mendorong banyak orang merasa memiliki sehingga terlibat dengan berbagai kegiatan di SKB Ajibarang sudah lama dipraktikkan di satuan pendidikan tersebut.


“Dari dulu kami sudah menggaet banyak mitra, atau rekan untuk terlibat dalam kegiatan SKB, sehingga terdapat banyak pengayaan dalam ruang pendidikan nonformal. Kami juga selalu membuka ruang selebar-lebarnya untuk berbagai kolaborasi termasuk juga dengan sekolah formal,” kata Slamet.


Berbagai praktik baik dilakukan SKB Ajibarang untuk menumbuhkan kepercayaan peserta didik mereka pada pendidikan nonformal, bahwa SKB bisa berdaya dan dapat memberikan rasa percaya diri bagi peserta didik untuk menempuh masa depan  lebih baik. Dalam mata pelajaran, misalnya, pendidikan kesetaraan di SKB tersebut tidak semata-mata menyuguhkan mata pelajaran umum. Akan tetapi, secara sadar satuan pendidikan nonformal tersebut mendorong implementasi penguatan literasi dan karakter melalui aktivitas dan kegiatan pada program PAUD, pendidikan kesetaraan, kursus dan pelatihan, serta pendidikan masyarakat.




“Peserta didik juga didorong untuk menguasai keterampilan fungsional sebagai bekal untuk mereka menyongsong masa depan lebih baik,” tegas Slamet.


Sebagai ruang pendidikan yang setara secara mutu dan makna, tegas Slamet, diperlukan ekosistem kolaboratif yang menyatukan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari mengajak pengusaha lokal, mahasiswa, hingga alumni, dari pemerintah daerah hingga komunitas pendidikan untuk turut memperkaya pembelajaran di SKB. Kolaborasi seperti ini kemudian tidak sekedar menjadi jembatan antara dunia belajar dengan dunia kerja, tetapi juga memperkuat posisi SKB sebagai katalisator transformasi sosial dan ekonomi masyarakat sekitar. 


Dalam konteks daerah Ajibarang, penguatan relasi antara SKB dan para pelaku usaha lokal sangat relevan. Pelatihan keterampilan kerja seperti tata boga, menjahit, teknologi informasi, hingga kewirausahaan sosial yang disusun berbasis kebutuhan industri lokal menjadi selaras dengan pendekatan community-based learning yang menjadi karakteristik pendidikan nonformal yang berdaya guna.


Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, Joko Wiyono, mengungkapkan bahwa pemerintahan di kabupaten tersebut memang menginkan pendidikan nonformal menjadi garda terdepan untuk pengentasan anak tidak sekolah (ATS). Ia juga mengatakan pemerintah hadir untuk memberikan dukungan bagi penyelenggara pendidikan nonformal, baik itu sekolah luar biasa (SLB) dan pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) untuk bisa dihidupkan kembali dengan program-program yang menyentuh masyarakat pada mereka. 


“Salah satunya program dengan tagline kembali bersekolah di lingkup sekolah nonformal atau sekolah nonformal menyenangkan,” kata Joko.


Ia mengungkapkan, peningkatan kapasitas tutor pendidikan nonformal menjadi konsentrasi juga dari Pemerintah Kabupaten Banyumas, khususnya untuk memberikan penguatan dan pengayaan referensi kognitif agar para tutor dapat melakukan proses aksentuasi untuk adaptif terhadap dinamika perkembangan zaman. 


“Sehingga gen z itu mulai mengerti bahwa mereka bisa mengerti bisa bersekolah di pendidikan non formal dan itu mencerdaskan, dan itu mencerahkan, serta menguatkan dan menjanjikan,” pungkasnya. (Esha/Dani)